200 Paket Sembako Siap diberika ke Binaa LBH Petir Semarang

- 26 April 2022, 09:00 WIB
Zainal Abidin Petir saat pembagian sembako di rumahnya.
Zainal Abidin Petir saat pembagian sembako di rumahnya. /suaramerdeka.com/Setiawan Hendra Kelana

Portal Kudus - Kemarin, pada 22 April 2022 di Rumah Zainal Abidin Petir, terdapat 70 janda tua, komunitas tuna netra, dan kaum dhuafa berkumpul dengan rapi.

Rumah Zainal Abidin Petir berlokasi di Jalan Pergiwati 1 Nomor 19, Kelurahan Bulu Lor, Semarang Utara.

Tak lama berselang datang rombongan RS Wongsonegoro Semarang. Dari Wadir Pelayanan dr Lia Sasdesi Mangiri SpRad, Kabid Pelayanan dr Roosmalia Isdiana MKM, Kasi Keperawatan Philip SKep, Kasi TU dan Rumah Tangga Gunawan Heru, serta Kasi Informasi dan Pemasaran Pristiwati SSiT MHKes.

Dilansir PortalKudus.com dari berita Suara Merdeka Muria berjudul 200 Paket Sembako Disalurkan untuk Janda Tua dan Tuna Netra di Kelurahan Bulu Lor

Mereka mewakili Direktur RS dr Susi Herawati MKes, memberikan bantuan berupa 200 paket sembako yang dibagikan kepada binaan Lembaga Bantuan Hukum Penyambung Titipan Rakyat (LBH Petir) Jateng, Zainal Abidin Petir.

Baca Juga: Gagal Cairkan Uang Nasabah, Gedung Jiwasraya Disita PN Kudus

Hadir juga Camat Semarang Utara Moch Imron SH MH dan Lurah Bulu Lor Agus Riyanto SE MM.

Sebelum pembagian, Zainal Petir mencairkan suasana, bersenda gurau dengan janda-janda tua. "Piye rasane jejer karo Zainal Petir sing rodo ganteng?”

Spontan dijawab Mbah Sayumi (80) warga Pergiwati 1. "Nggih seneng, adem atine, opo meneh diparingi sembako tambah waras... hehe.”

"Rasane terayomi, segala masalah bisa diselesaikan lewat Pak Zainal Petir," kelakar mbah Mur (68), warga Jalan Sentiyaki Raya.

Namun suasana tiba-tiba hening tatkala Zainal Petir memperkenalkan pasangan tuna netra Rosyid (49) dan istrinya April (39), serta Andhi Setiyono, ketua Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) Semarang.

Baca Juga: Meriahkan Bulan Ramadan, SMPN 3 Pamotan Rembang Bagikan Ratusan Liter Minyak Goreng

Andhi buta sejak SMP karena terjatuh yang menyebabkan cedera pada tulang belakang hingga syaraf mata.

“Awalnya saya stres tidak bisa melihat tapi kenyataan ini harus diterima. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kuliah di UIN Walisongo.”

Beda cerita pasangan Rosyid dan April. Keduanya dicerai oleh pasangan masing-masing setelah mengalami kebutaan.

“Saya dicerai suami setelah buta ketika melahirkan anak kedua. Suami (Rosyid-Red) digugat cerai istri sehabis kecelakaan yang menyebabkan buta. Sekarang kami buka jasa pijat untuk mempertahankan hidup dengan suami dan anak-anak,” kata April.

Dia mengungkapkan, untuk melihat orang dengan jarak kurang satu meter hanya terlihat bongkahan hitam tidak berbentuk.

Baca Juga: Sempat Mangkrak, RSIA NU Cakra Medika Cepu Mulai Beroperasi

Semua pandangan seperti kabut putih tebal. Kalau ada bayangan hitam, berarti ada benda sehingga harus dihindar agar tidak menabrak atau jatuh.

Zainal Petir sambil terbata-bata berujar, sebagaimana manusia seharusnya bersyukur. Kekurangan harta masih bisa dicari.

“Mereka yang buta saja selalu senyum padahal lebih susah dari kita. Itu sedikit gambaran dari ratusan teman-teman tuna netra yang ada di Semarang. Terimakasih RS Wongsonegoro atas kepeduliannya. Di balik RS Wongsonegoro ada doa dari janda-janda tua dan tuna netra," kata Zainal Petir yang juga penasihat ITMI Semarang.***

Editor: Candra Kartiko Sari

Sumber: Suara Merdeka Muria


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah