La Nina Muncul di Samudera Pasifik, Ini Daftar Wilayah yang Berpotensi Terdampak

- 3 Oktober 2020, 23:31 WIB
Ilustrasi cuaca buruk.
Ilustrasi cuaca buruk. /PEXELS/Josh Sorenson

Portal Kudus - La Nina adalah fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dan suhunya lebih rendah dibanding kawasan sekitarnya.

Anomali iklim La Nina saat ini terpantau berkembang di Samudra Pasifik Ekuator dan diperkirakan akan mencapai intensitas moderate hingga akhir 2020, sehingga perlu diwaspadai dampaknya ke wilayah Indonesia.

La Nina diketahui membawa efek peningkatan curah hujan pada wilayah yang dilalui, berbeda dari El Nino yang membawa kekeringan.

Baca Juga: Pertama Kali Dalam Sejarah Api Abadi Mrapen Padam Total

 catatan sejarah menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya. 

"Dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera," kata Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal dalam pernyataan pers, Sabtu 3 Oktober 2020. 

Herizal menambahkan pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua.

Sementara itu pada bulan Oktober, beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki Musim Hujan, di antaranya :

  • pesisir timur Aceh
  • Riau ( sebagian )
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Pulau Bangka
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat ( sebagian )
  • Jawa Tengah ( sebagian )
  • Jawa Timur ( sebagian kecil )
  • Kalimantan Barat ( sebagian )
  • Kalimantan Tengah ( sebagian )
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Timur (sebagian )
  • Kalimantan Utara ( sebagian )
  • Sulawesi ( sebagian kecil )
  • Maluku Utara
  • Nusa Tenggara Barat ( sebagian kecil )

Hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La Nina sedang berkembang.

Baca Juga: Positif Covid-19, Donald Trump Dibawa ke Rumah Sakit Militer Menggunakan Helikopter

Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka minus 0,5 derajat Celsius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat Celsius pada Agustus dan minus 0,9 derajat Celsius pada September 2020.

Baca Juga: Tim Densus 88 Antiteror Geledah Rumah Terduga Teroris di Kudus

BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021.

Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor.

Baca Juga: Jadwal MotoGp 2020 Prancis, Sirkuit Le Mans dan Link Live Streaming Trans 7 Pekan Depan

BMKG mengimbau agar para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal dalam melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Misalnya, dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih.

Sebab, peningkatan curah hujan awal musim hujan yang disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis di Indonesia, seperti banjir dan tanah longsor.

Masyarakat juga diimbau agar terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG, atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Editor: Ulul Uliyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah