Network
Hmmm bagaimana nih para generasi milenial? Apakah benar demikian?
Berdasar data pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terdapat 81 juta generasi milenial belum mempunyai hunian. Berarti ada sekitar 31 persen dari jumlah populasi penduduk di Indonesia. Generasi milenial sendiri merupakan pasar properti yang besar.
Namun, fakta ini berbalik dari data yang berhasil didapatkan dari Indonesia Property Watch (IPW), bahwa minat milenial dalam memiliki hunian meningkat hingga 10 persen dalam tahun 2014 hingga 2018 dengan rentang usia 26-36 tahun.
Menyadari hal tersebut, salah satu bank BUMN yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melihat generasi milenial sebagai potensi pangsa yang besar untuk mendapatkan pembiayaan kepemilikan rumah.
Tren Mobile Banking Pada Generasi Milenial
Berbicara mengenai generasi milenial pasti tidak jauh dari kata praktis dan tidak mau ribet terutama masalah keuangan dan rencana masa depan. Tren Mobile Banking menjawab semua keinginan para generasi milenial. Ada pergeseran tren transaksi yang terjadi di masyarakat. Beberapa tahun terakhir, jumlah transaksi perbankan secara offline melalui loket teller mulai menurun dengan adanya Mobile Banking yang dengan mudah dapat diakses rekening melalui smartphone.
Baca Juga: Bank Tabungan Negara BTN Cabang Kudus Buka Lowongan Pekerjaan Administrasi Kredit
Nikmati Kemudahan Dengan SuperApp BTN Mobile
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN sebagai bank pelat merah tidak mau ketinggalan untuk terus melakukan digitalisasi. Bank spesialis perumahan optimis memenangkan persaingan di antara ketatnya persaingan digital banking dalam industri perbankan di Indonesia. Aplikasi ini nantinya akan menawarkan banyak keunggulan bagi nasabah dalam proses KPR hingga kebutuhan pembiayaan untuk renovasi rumah. Aplikasi yang akan diluncurkan tahun ini sedang dalam tahap uji coba secara internal.
BTN sebagai salah satu bank milik pemerintah yang fokus bergerak di bidang properti pada sepanjang 2021 berhasil menyalurkan kredit senilai Rp274,83 triliun dengan 77,8 persen mengalir sektor properti. Bila dirinci terdapat 47,5 persen atau sekitar Rp130,68 triliun merupakan KPR rumah subsidi dan sebanyak 30,3 persen atau Rp83,25 triliun merupakan KPR non-subsidi.
