Khutbah Jumat SIngkat : Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan

- 15 Oktober 2020, 07:05 WIB
Ustadz Taqy Malik sedang mengisi khutbah Junat di Masjid Syekh Yusuf.
Ustadz Taqy Malik sedang mengisi khutbah Junat di Masjid Syekh Yusuf. /Pemkab Gowa

Pikiran semacam ini juga masih menjalar di zaman sekarang. Sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan, sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya.   

Baca Juga: Amalan Rebo Wekasan : Niat dan Tata Cara Shalat Tolak Bala Beserta Do'anya

Padahal, seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri.  

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

  لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ

"Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa." (HR Bukhari dan Muslim)

Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah.

Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung.

Dalam masyarakat jahiliah ada mitos yang mengatakan, bila seorang keluar rumah dan menyaksikan burung terbang di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal datang.

Sementara bila melihat burung terbang di sebelah kirinya maka tanda kesialan akan tiba sehingga sebaiknya pulang.

Halaman:

Editor: Ulul Uliyanto

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah