Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang, Sofyan Cholid, mengatakan pihaknya ingin para ibu-ibu di Desa Tunggulsari menjadi pelaku usaha yang sukses dan tidak hanya mendapatkan keuntungan tipis dari produk olahan perikanan yang dijual.
“Melalui model bisnis hilirisasi dari BI ini, kami berharap kedepan hasil olahan perikanan di Desa Tunggulsari semakin berkembang dan keuntungan dari produk yang dijual semakin besar,” jelas Sofyan.
Kendala
Kepala Desa Tunggulsari, Endang Winarsih, mengungkapkan bahwa belakangan ini yang menjadi kendala kelompok wanita di desanya dalam memproduksi olahan ikan adalah ketersediaan Gas LPG 3 Kg. Padahal pada momen Ramadan seperti ini jumlah permintaan pasar sedang meningkat.
“Di puasa ini permintaan sangat banyak sekali. Permintaan memang banyak tapi kendalanya Gas yang langka. Jadi kalau mau produksi mikir-mikir dapat gas dari mana,” ungkapnya.
Di samping kendala yang sedang dihadapi, Endang meminta para ibu-ibu kelompok wanita pengolah dan pemasar produk olahan ikan di desanya mengikuti sosialisasi program hilirisasi dari BI dengan baik. Harapannya, ada ilmu baru yang didapat untuk mengembangkan kualitas usaha dan pendapatan warganya.***