Kerajinan Anyaman Bambu, Ternyata Bisa Bertahan di Masa Pandemi

- 25 November 2020, 05:50 WIB
Salah seorang pengrajin anyaman bambu
Salah seorang pengrajin anyaman bambu /Pikiran-rakyat.com/Aris M F/

Setiap hari, kata Dami, mampu membuat dua buah bakul ukuran kecil untuk wadah nasi.

“Setiap hari dua buah bakul kecil. Ini pun sudah pesanan untuk acara hajatan,” kata dia.

Dirinya mengaku, selama pandemi Covid-19, omzet penjualan kerajinan yang dibuat menurun. Harganya relatif murah dan terjangkau. Untuk bakul nasi berukuran kecil yaitu Rp2.500,00 hingga Rp3.000,00 per buah.

“Murah, dari dahulu juga bertahan harganya. Bakul ini untuk wadah nasi dan lauk bagi warga yang punya hajat. Meskipun ada corona, tetap membuat di rumah,” terangnya.

Untuk bahan bambu apus, dirinya tidak kesulitan karena sudah ada pemasok yang datang kepada para perajin.

Berkaitan dengan itu Kepala Desa Sumurboto, Suprapti, A.Ma,Pd, mengungkapkan, selama masa pendemi Covid-19, para perajin anyaman bambu diminta patuh protokol kesehatan.

Bahkan pihak pemerintah desa Sumurboto telah menyiapkan dan membagikan secara gratis tempat cuci tangan kepada semua warga.

“Meskipun itu dikerjakan di rumah, tetap kita antisipasi, Kita minta semua patuh protokol kesehatan,” jelasnya.

Menurut dia, sejatinya warga di wilayahnya sangat berpotensi untuk mengembangkan produk anyaman bambu. Hanya saja dinilai sulit untuk maju karena beberapa faktor.

“Sangat bepotensi, tapi masih belum bisa maju, itu karena para perajin masih individual, artinya masih dilakukan pada perorangan tiap rumah, belum terbentuk kelompok. Tetapi meraka juga saling berinteraksi dan kerjasama jika ada pesanan dalam jumlah banyak,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: Sugiharto

Sumber: Dinkominfo Kab Blora


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x