Kebutuhan Ekspor Tanaman Porang Semakain Meningkat Setiap tahun, Berikut Kegunaan dan Manfaatnya

24 Maret 2021, 21:57 WIB
Budidaya tanaman porang kini semakin diminati para petani. Selain nilai ekonomis tinggi, juga memiliki banyak khasiat dan kegunaanya. /Shofira Hanan/Literasi News

Portal Kudus - Tanaman Porang yang memiliki nama latin Amorphophallus oncophyllus Prain masuk dalam keluarga talas-talasan.

Tanaman porang yang memiliki umbi tunggal yang memiliki kandungan glukomanan. Glukomannan banyak digunakan sebagai bahan makanan tradisional di Asia seperti mie, tofu, jelly.

Dalam Industry manfaat tanaman porang juga dapat digunakan sebagai bahan unjuk mengkilapkan kain, perekat kertas, cat kain katun, woll dan tepungnya dapat dipergunakan sebagai penganti agar-agar, sebagai bahan pembuat negative film, isolator dan seluloid karena yang sifatnya yang mirip selulosa, dilansir dari litbang.pertanian.go.id.

Baca Juga: Hama Utama Tanaman Porang, Masih Menjadi Obyek Penelitian Bagi Kementrian Pertanian

Kementerian Pertanian mencatat ekspor porang terus meningkat, bahkan selama periode Januari hingga Juli 2020 sebesar 14.568 ton dengan nilai Rp 801,24 miliar.

Negara tujuan ekspor porang antara lain Jepang, Taiwan, Korea dan China serta beberapa negara di Eropa. Produk tanaman porang diekspor dalam bentuk chip atau produk setengah jadi. Di negara tujuan, produk digunakan sebagai bahan dasar pangan hingga industri.

Sentra produksi porang di Indonesia antara lain adalah Jawa Timur, NTT, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan dan Sumatra. Sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung, Maros.

Baca Juga: Porang Menjadi Komoditas Ekspor menjanjikan, Berikut Penjelasan Kementrian Pertanian

Tanaman porang hidup baik di ketinggian 100-600 mdpl, suhu 23-35°C, curah hujan 1.000-1.500 mm pertahun.

Dapat hidup pada tanah bertekstur ringan, sedang, gembur, subur, dan kandungan bahan organiknya cukup tinggi.

Tanaman porang toleran terhadap naungan antara 40-60%. Kandungan air di tanah lebih dari 40% dari kapasitas lapang.

Baca Juga: Pemkab Kudus Dorong Budidaya Porang, Hartopo: Kalau Ada Kendala Laporkan, Kami Siap Bantu

Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5-6 bulan setiap tahunnya yaitu pada musim penghujan.

Di luar masa itu tanaman porang mengalami masa istirahat atau dorman dan daunnya akan layu, seolah-olah mati.

Tanaman akan Kembali tumbuh pada musim penghujan dan umbi yang tumbuh di dalam tanah akan membesar, Pemanenan porang dilakukan tergantung jenis bibit yang digunakan.

Ada beberapa kriteria dalam memanen umbi porang :

  1. Jika menggunakan umbi besar panen dapat dilakukan 1- 2 tahun setelah tanam.
  2. Umbi kecil atau katak atau bulbil dapat dipanen 2-3 tahun setelah tanam
  3. Buah atau biji dipanen 3-4 tahun setelah tanam.

Diberitakan selanjutnya umbi porang dipanen pada bulan Juli sampai Agustus ketika tanaman porang memasuki masa dorman. Dengan ciri sebagian besar atau seluruh tanaman sudah mati dan tersisa batang kering.

Umbi yang dipanen adalah umbi yang sudah besar yang beratnya mencapai 2 kg perumbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada daur berikutnya.***

Editor: Sugiharto

Sumber: litbang.pertanian.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler