Kisah Inspiratif, Pengusaha Madu Kalanceng Dari Kabupaten Blora

25 November 2020, 19:05 WIB
Ilustrasi Madu Hitam /Pixabay/@flo222

Portal Kudus - Jenis lebah Klanceng termasuk jenis lebah penghasil madu, bisa disebut lebah kerdil madu atau apis florea, spesies lebah madu liar kecil di Asia Selatan dan Tenggara.

Beberapa perusahaan yang mengolah madu dari jenis lebah klanceng, dewasa ini banyak permintaan. Ini menjadi solusi dalam usaha, dalam meghadapi Pandemi COVID-19 dimana perusahaan banyak yang tidak menerima pegawai baru, dan masyarakat dituntut untuk kreatif menghadapi tuntutan ekonomi.

Jenis lebah Klanceng termasuk jenis lebah penghasil madu murni yang prospektif dibudidayakan dan dikembangkan. Seperti kisah inspiratif seorang pengusaha madu kalanceng di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dikutip dari pemberitaan Dinkominfo Kabupaten Blora, 01 November 2020.

Baca Juga: Paslon Bupati dan Wakil Bupati Demak, Dapat Dibatalkan? Simak Penjelasan KPU

Salah satunya dibudidayakan oleh Lilik Lukitowati, warga Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora.

“Saya menekuni budidaya lebah madu Klanceng, mulai awal Agustus 2020. Tapi sebelumnya saya sudah mengkonsumsi madu klanceng dari Kabupaten Gunung Kidul habis dua botol, setelah itu saya lepas semua obat yang pernah saya konsumsi selama 30 tahun lebih,” terang Lilik Lukitowati di Griya Lebah Klanceng Blora, Minggu 01 November 2020.

Kemudian, dirinya mengembangkan dan membudidayakan sendiri karena prospek kedepan dinilai sangat bagus dan dicari orang karena di toko belum banyak yang menjual bahkan belum ada secara khusus.

Baca Juga: Blora, Pameran Lukisan mengusung tema, Jati : Diriku dan Kehidupan

“Jadi prospek banget untuk warga Blora yang banyak sudah mengenal madu Klanceng untuk dibudidayakan, diambil madunya dan tidak banyak biaya yang keluar,” kata dia.

Harga madu Klanceng, di pasaran kurang lebih Rp600.000 per liter.

“Di sini saya punya 100 kendil (wadah dari tanah liat). Asumsinya, satu kendil, dalam tiga bulan sekali itu ngunduhnya Rp300.000. Padalah saya beli Rp350.000 per kendil dari Kabupaten Gunung Kidul. Sekarang, kalau saya punya 100 kendil dikalikan Rp300.000 per tiga bulan sekali sudah Rp30 juta. Berarti dikalkulasi satu bulan itu Rp10 juta. Nah siapa yang mau bayar kita yang sudah pensiun Rp10 juta, tidak ada kan,” urainya.

Dengan demikian, lanjutnya, bisa masuk ke wirausaha lebah madu Klanceng.

Harapannya, bisa bermanfaat untuk saudara-saudara kita, tetangga, teman kita atau yang kena masalah dengan sakit Covid-19 dan sebagainya.

“Ini rata-rata sembuh. Yang sudah laporan ke saya itu ada 12 orang sembuh. Terutama yang satu itu Bu Ana, istrinya almarhum dokter Heri Prasetyo. Itu juga minum madu Klanceng ini habis dua botol dan sembuh. Bahkan bersaksi sembuh dari Covid-19 berkat mengkonsumsi madu Klanceng,” terangnya.

Dijelaskannya, dalam satu wadah kendil bibit indukan, selama tiga bulan kalau makanannya cukup sudah bisa dipanen, sudah mengusung Rp300.000 sendiri dari Rp100.000 madu, Rp100.000 bee pollen dan Rp100.000 propholis.

“Kita ingin bentuk kelompok se kabupaten Blora. Tapi kalau belum punya indukan nanti bisa bergabung dengan kita. Karena kita ingin kelompok tani hutan lebah Klanceng,” ucapnya.

Kalau bagus, ada isinya serta ada anggaran, nantinya kita bisa mendapat kucuran dana pinjaman lunak, yang bisa dibagikan sesama anggota.

“Tapi ya mohon tepat waktu, karena dana pinjaman, sehingga nanti bisa diperluas lagi untuk modal para petani lebah madu Klanceng,” ucap dia.

Untuk makanan, Lilik menyebut sangat mudah, seperti menanam bayam, bunga kertas, bunga kocai, kenikir dan bunga blimbing.

“Pokoknya bunga-bungaan itu sangat disenangi. Khususnya ada bunga yang namanya air mata pengantin, itu makanan pokok. Ini makananya murah sekali, bagaikan kita tidak pernah keluar uang,” tambahnya.

Menurut dia, peluang usaha budidaya madu Klanceng masih terbuka lebar, karena masih kekurangan stok setiap bulannya. Selain itu, lebah Klanceng tidak menyengat sehingga aman dikembangkan di lingkungan rumah.

"Untuk perawatannya mudah, hanya hindari dari sinar matahari langsung, bisa meleleh karena berasal dari getah pohon. Dan juga hindari hujan karena lembab," ucapnya.***

Editor: Sugiharto

Sumber: Dinkominfo Kab Blora

Tags

Terkini

Terpopuler