Portal Kudus - Pemerintah Indonesia pada hari Senin bersiap-siap menghadapi protes massa setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tidak populer, sebuah langkah yang menurut pemerintah dapat menyebabkan inflasi meningkat menjadi 6,8% tahun ini, meskipun dengan dampak yang terbatas pada pertumbuhan ekonomi.
Presiden Joko Widodo mengambil langkah tersebut dan menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sekitar 30% pada hari Sabtu untuk mengendalikan anggaran subsidi energi yang membengkak, mengakhiri berminggu-minggu pertimbangan tentang dampaknya terhadap publik dan momok protes massa.
Polisi meningkatkan kehadiran mereka di ibukota Jakarta dan mengerahkan petugas ke ratusan pom bensin menjelang demonstrasi yang direncanakan pada hari Selasa oleh kelompok-kelompok pekerja.
Baca Juga: Pembahasannya Mudah! Ini Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 5 Halaman 56 Tentang Penyebab Diare
Demonstrasi kecil terjadi selama akhir pekan dan lagi pada hari Senin, dengan ban-ban dibakar dan beberapa jalan diblokir ketika para siswa dan pekerja melampiaskan kemarahan atas lonjakan harga bahan bakar di tengah meningkatnya biaya pangan, dengan masyarakat masih terguncang dari dampak COVID-19.
"Kami akan terus menyuarakan masalah ini sampai pemerintah menurunkan harga BBM," kata pengunjuk rasa Ranto Mombulan, anggota Himpunan Mahasiswa Islam.
"Pemerintah mengeluarkan kebijakan tanpa mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat yang masih dalam masa pemulihan dari pandemi."
Kapolri Listyo Sigit Prabowo pada hari Senin mengatakan kepada pihak berwenang di daerah untuk meningkatkan keterlibatan mereka dengan publik untuk menjelaskan mengapa kenaikan BBM diperlukan dan menjaga agar emosi tidak berkobar.