"Sudah saya edarkan sebagian. Kalau dulu saya yang buat. Sekarang sudah gak punya alat," ungkapnya.
Baca Juga: Perbaikan Jalan di Titik Jalan Pantura Mulai dari Sayung-Demak-Trengguli-Mijen
Sementara Heru memgaku, dia hanya berperan mengantar upal kepada pemesan Didik. Imbalan yang didapat, Rp 300 ribu sekali antar uang palsu 1 juta. "Saya cuma disuruh sama Pak Didik mengantar ke pelanggan pelanggan contohnya ke Mbak Sri, ke orang Genuk, ke Jogja," ujarnya.
Sri mengaku telah mengedarkan uang palsu baru sebulan. Upal dibeli dari Didik dengan perbandingan Rp 1 juta dapat 5 juta uang palsu.
"Biasanya dibelikan sayuran. Di pasar, di Jalan, di Semarang kadang sampai luar Semarang di Kendal Kaliwungu. Dalam 1 bulan sudah mengedarkan 50 lembar, (5 juta) dapat untung kurang lebih Rp 3 juta. Ya untuk kebutuhan ekonomi," jelasnya.***(Hendra Setiawan/Suara Merdeka)