PortalKudus – Tingkat curah hujan di Indonesia cenderung tinggi di awal tahun. Hal ini mengakibatkan tingginya peluang penyakit leptospirosis menyerang. Apa itu leptospirosis?
Penyakit ini lebih sering ditemukan saat musim hujan. Memasuki musim penghujan, masyarakat Indonesia diharapkan waspada akan datangnya bencana banjir. Leptospirosis menjadi satu dari sekian penyakit penyerta banjir yang jarang diketahui oleh masyarakat.
Leptospirosis adalah penyakit yang bersumber dari binatang (zoonosis) dan bersifat akut.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian.
Bakteri ini menyebar melalui urin (air kencing) atau darah hewan yang telah terinfeksi. Bakteri Leptospira dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dengan air (air banjir, kolam, sungai, danau, air selokan) maupun tanah yang telah terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri Leptospira yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi dan babi.
Kenali Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis dapat berupa ringan hingga berat. Seseorang yang terinfeksi leptospirosis akan mengalami gejala seperti demam tinggi dengan atau tanpa sakit kepala, nyeri otot dan sendi, tubuh menjadi lemas (malaise), konjungtiva merah (conjungtival suffusion).
Baca Juga: VIRAL! Arti 444 Nama Akun Lucas WayV NCT, Ternyata Begini Angka 444 Angel Number Artinya
Tak hanya itu, termasuk juga seseorang memiliki riwayat terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi atau aktivitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam kurun waktu 2 minggu.
Sedangkan seseorang akan mengalami gejala berat dari leptospirosis jika merasakan nyeri betis, kulit dan sklera (bagian putih pada bola mata) menguning, mengalami pendarahan, sesak nafas, sulit untuk buang air kecil, batuk dengan atau tanpa hemoptisis, serta ruam kulit.
Oleh karena itu, masyarakat perlu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala leptospirosis.
Penularan pada manusia sering dihubungkan dengan berbagai faktor risiko yang terkait dengan pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, maupun perilaku hidup bersih.
Lebih baik untuk melakukan pencegahan daripada mengobati. Jaga selalu kebersihan diri dan lingkungan agar tercipta lingkungan yang aman dan sehat.***