Berdirinya Mesjid Mantingan tersebut ada kemungkinan bersamaan dengan tumbuhnya seni ukir di daerah Jepara.
Masalah akulturasi kebudayaan merupakan salah satu faktor yang
mendorong timbulnya seni ukir di derah Jepara.
Kontak-kontak kebudayaan melalui pantai Jepara secara aktif dimulai sejak
berdirinya Kerajaan Demak pada tahun 1512, bahkan sampai dengan kerajaan Mataram Islam.
Pantai Jepara merupakan pusat perdagangan khususnya beras, yang pengangkutannya keluar Pantai Jepara dilakukan oleh pedagang-pedagang Eropa.
Pantai pelabuhan Jepara sangat menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di daerah itu, termasuk pola-pola kehidupan, adat-istiadat dan lain sebagainya.
Dengan berdirinya Kerajaan Demak, mulailah awal periode islamisasi di Jawa yang pada hakekatnya menunjukkan tingkat-tingkat perkembangan yang menuju pada tingkat kebudayaan yang lebih maju.
Ukiran Jepara memiliki beragam motif hias yang khas, seperti ekspresi bentuk-bentuk tanaman yang menjalar, daun-daun krawing yang dinamis, dan buah-buahan kecil.
Motif ini sering ditemukan pada produk-produk ukiran Jepara, seperti kursi, meja, gebyok, dan artefak lainnya.
Beberapa contoh motif ukiran Jepara meliputi motif Majapahit, Padjadjaran, Jawa, dan motif lainnya. Selain itu, terdapat juga motif ukiran Jepara yang terinspirasi dari arsitektur dan seni tradisional Jawa.