Hujan meteor ini menampilkan belasan meteor per jam. Debu-debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan gabungan dua hujan meteor di langit selatan menjadi daya tarik bagi pengamat langit di Indonesia.
Diharapkan, kondisi kemarau dan tak ada gangguan cahaya pada Juli supaya pengamatan hujan meteor lebih menarik.
Menurut dia hujan meteor tersebut tak berbahaya. Debu-debu sisa komet habis terbakar pada ketinggian di atas 80 km.
Baca Juga: Hari Pramuka: Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia
Hujan meteor termasuk fenomena astronomi tahunan yang terjadi ketika sejumlah meteor tampak meluncur silih berganti dari titik tertentu di langit. Meteor tampak seperti bintang jatuh atau bintang berpindah.
"Meteor sendiri merupakan batuan atau debu antar-planet yang memasuki atmosfer lalu terbakar karena gesekan atmosfer," demikian ujar Thomas Djamaluddin.***