Catat! Ini Bacaan Niat Puasa Ramadhan yang Benar, Dibaca Romadhona atau Romadhoni?

- 2 April 2022, 05:16 WIB
Kumpulan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa, cocok dibagikan di media sosial untuk menyambut bulan Ramadhan 2022.
Kumpulan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa, cocok dibagikan di media sosial untuk menyambut bulan Ramadhan 2022. /Pixabay.com/Shafin_Protic

Portal Kudus – Niat puasa Ramadhan adalah salah satu syarat sah untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Niat puasa Ramadhan harus dibaca sebelum terbitnya fajar atau sebelum waktu sholat Subuh tiba.
Keharusan niat puasa Ramadhan dilakukan sebelum fajar tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah SAW,

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya: "Barangsiapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya." (HR. Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi)
Adapun niat puasa yang digunakan di masyarakat adalah sebagai berikut:

نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضان هذه السنة لله تعالى

Dalam melafakan lafaz رمضان ada dua versi yang terjadi di masyarakat.

Ada yang membaca romadhona, dengan huruf nun dibaca fathah. Ada juga yang membaca romadhoni, dengan huruf nun dibaca kasrah.

Baca Juga: Bacaan Doa Kamilin: Doa setelah Sholat Tarawih Teks Arab, Latin, dan Artinya

Mana diantara keduanya yang paling benar? Berikut ini penjelasan Portal Kudus dilansir dari laman nyantriyuk.com pada 23 Maret 2022.

Lafaz رمضان termasuk dalam “isim ghairu munshorif” atau isim yang tidak bisa dibaca tanwin karena isim alam (nama) yang memiliki tambahan alif dan nun.

Secara ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab), isim ghoiru munshorif ketika dalam tarkib i’rab Jer, maka alamatnya menggunakan fathah, menjadi “romadhona.”

Namun, apabila isim ghoiru munshorif disandarkan pada lafaz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan alif-lam (al), maka alamat i’rab jer-nya menggunakan kasroh, menjadi “romadhoni.”

Imam Ibnu Malik, dalam bait Alfiyah-nya berkata, “Dan di-jer-kan dengan fathah terhadap isim yang tidak menerima tanwin (ghoiru munshorif), selama tidak dimudlofkan atau berada setelah ‘al’ yang mengiringinya.”

Baca Juga: Viral Luna Maya Foto Bareng Ariel NOAH, Balikan?

Jadi, bacaan niat puasa Ramadhan yang benar adalah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadooni haadzihis sanati lillaahi ta’aala
“Aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan dari tahun ini karena Allah ta’ala.”

Dalam bacaan niat di atas, lafaz Ramadhan dibaca “romadhoni” karena di-idlofahkan pada

“haadzihis sanati” (yang berstatus menjadi mudlof ilaih). Ini adalah bacaan yang BENAR sesuai kaidah ilmu nahwu.
Apabila lafaz Ramadhan dibaca fathah (romadhona), dengan tidak meng-idlofah-kan pada lafaz

“haadzihis sanati”, maka lafaz “haadzihis sanati” seharusnya menjadi dhorof zaman (keterangan waktu) yang harus dibaca “haadzihis sanata”.

Baca Juga: Cek Hasil Sidang Isbat Ramadhan 2022 Penetapan Awal Puasa 1443 Hijriah Kemenag Jumat, 1 April 2022

Sehingga bacaannya menjadi sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona hadzihis sanata lillaahi ta’aala.
Jika bacaannya seperti di atas, secara kaidah nahwu memang benar, tapi secara makna telah terjadi perubahan sebagai berikut:

“Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan, selama setahun ini.”

Bacaan tersebut rusak secara makna karena lafaz “haadzihis sanata” yang berstatus sebagai dhorof menunjukkan waktu dilaksanaknnya niat menjadi selama satu tahun.

Padahal, niat hanya membutuhkan waktu sebentar dan puasa hanya butuh beberapa jam saja.
Yang lebih keliru, adalah membaca “romadhona” dan “haadzihis sanati” seperti berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta’aala.

Secara kaidah nahwu, bacaan tersebut salah, karena tarkib lafaz Ramadhan dan “haadzihis sanah” tidak jelas.

Baca Juga: Hari April Mop: Arti, Asal Usul, Sejarah, dan Sejumlah Lelucon di Zaman Modern

Di dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut :

يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ اْلإِشَارَة

“Romadhon dibaca jer dengan kasroh karena statusnya menjadi mudlof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.”

Namun, meski bacaan niat puasa Ramadhannya salah, hukum puasanya tetap sah.

Walaupun terjadi kesalahan harokat, selama yang dikehendaki adalah niat puasa Ramadhan tahun ini maka puasa yang dijalankan tetap sah.

Karena, hakikatnya niat itu ada di dalam kehendak hati.***

Editor: Ahmad Khakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah