“Jangan membuat judul yang menimbulkan pertanyaan, memancing orang untuk membaca lalu ternyata kecele. Buatlah judul berita yang lengkap, menggambarkan isi,” katanya.
Iwan menekankan, pers adalah pilar keempat demokrasi. Status tersebut merupakan bentuk penghargaan tertinggi sekaligus tanggung jawab terhadap insan pers Indonesia.
“Pers mestinya menjadi contoh. Aja mung mengkritisi sesuatu, tetapi mendorong partisipasi masyarakat dan menjaga kondusivitas bangsa,” beber Iwan.
Ia meminta para pewarta untuk menjadi penyebar luas informasi tak terbatas, hadir sebagai penyaji informasi yang jernih, dan melawan hoaks yang beredar. Dengan begitu, pers dapat menciptakan masyarakat yang sehat berliterasi sekaligus mengontrol arah peradaban.
Baca Juga: Serbuan Vaksinasi Maritim Oleh TNI Angkatan Laut di Kabupaten Rembang
Sementara itu, wartawan Kedaulatan Rakyat, Candhra Adhie Nugroho menambahkan, para pewarta pemerintahan tidak hanya dituntut untuk menyajikan informasi terkini dan valid tentang pemerintahan, tetapi juga bersingungan dengan kehidupan masyarakat atau menonjolkan sisi humanisme. Sebab, itu menjadi aspek yang dapat menarik orang untuk membaca berita ataupun foto jurnalistik yang disajikan.
“Foto yang memuat dramatisasi dan relevan dengan kehidupan masyarakat akan menarik pembaca,” ujarnya.
Chandra memberikan beberapa tips pengambilan dan penyajian foto jurnalistik, yakni pemilihan tempat, waktu alias timing perekaman foto, dan pemilihan bidang batas (frame) pemotretan.
“Lalu, editing. Editing foto itu terbatas pada beberapa hal, yakni brightness (kecerahan warna gambar), cropping (pemotongan gambar), dan contrast (kontras warna)”.***