Portal Kudus - Lapan Menganalisis 3 Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu.
Buruknya kondisi cuaca diduga kuat menjadi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak di Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada Sabtu 9 Januari 2021 sore.
Baca Juga: Sebelum Temukan Black Box Pesawat Sriwijaya Air, Tim Kopaska TNI Laut Temukan Dugaan Serpihan Tubuh
Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel "Lapan Keluarkan Analisis Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182"
View this post on Instagram
"Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB," tulis LAPAN
Sistem ini kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.
Baca Juga: Sebelum Temukan Black Box Pesawat Sriwijaya Air, Tim Kopaska TNI Laut Temukan Dugaan Serpihan Tubuh
LAPAN menyebutkan ada 3 kondisi yakni sinoptik, meso dan lokal yaitu:
1. Kondisi sinoptik
Terdapat vorteks Borneo dan westerly burst (angin baratan kuat) dari Samudra Hindia. Kecepatan burst yaitu 7-8 m/s pada ketinggian 1,5 km, yang lebih kuat dibandingkan klimatologis angin monsun baratan (~3 m/det).
Baca Juga: Merinding! Detik-detik Pesawat Sriwijaya Air Hilang Kontak, Terdengar Ledakan sebelum Jatuh
2.Kondisi meso
Di sekitar lokasi kejadian terdapat konvergensi angin dari utara dan barat di permukaan (10 m) yang telah mengintrusi kelembaban dan menumbuhkan sistem konveksi baru dari Laut Jawa ke utara Jakarta.
3. Kondisi lokal
Pertumbuhan sistem konveksi di atas lokasi kejadian menunjukkan koneksi antara sistem konveksi skala meso di bagian utara dan di selatan. Koneksi ini menunjukkan sistem konveksi di utara tersebut berperan menginduksi konveksi baru sekaligus mengalami propagasi ke selatan.***(Julkifli Sinuhaji/PikiranRakyat)