Festival Sepakbola Api di Jepara, Momen Mendebarkan Bagi Para Pemain

- 22 Juni 2022, 20:47 WIB
Para pemain bersiap tanding di festival sepak bola api di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara.
Para pemain bersiap tanding di festival sepak bola api di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. / suaramerdeka.com/Septina Nafiyanti

Portal Kudus - Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara menggelar kembali festival sepakbola api pada Selasa, 21 Juni 2022.

Festival tersebut menjadi momen yang mendebarkan bagi para pemainnya.

Wahyu Adi Saputra, salah satu pemain sepakbola api mengatakan bahwa tradisi ini sering diikuti karena menantang dan beda dari sepakbola pada umumnya.

Dilansir PortalKudus.com dari berita Suara Merdeka Muria berjudul Festival Sepak Bola Api Jadi Tradisi Mendebarkan di Desa Kawak

Baca Juga: Trigger Warning, Pemerkosaan oleh Ayah Tiri Semenjak 14 Tahun, Korban Lapor Polres Jepara

Pada festival ini, pemain berhadapan dengan api dengan telanjang kaki.

''Panas pasti, tapi ini tradisi yang harus dijaga dan diuri-uri, karena maknanya yang dalam, yaitu memerangi nagkara murka,'' beber Wahyu.

Kali ini merupakan tahun ketiga ia turut dalam permainan yang cukup menegangkan ini.

Baca Juga: Trigger Warning, Pemerkosaan oleh Ayah Tiri Semenjak 14 Tahun, Korban Lapor Polres Jepara

Namun, ia turut senang menjadi bagian pelestari budaya yang dilaksanakan turun temurun ini.

Petinggi Desa Kawak Eko Heri Purwanto mengatakan, festival sepak bola api digelar untuk melestarikan tradisi nenek moyang desa.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari prosesi sedekah bumi desa yang dilaksanakan setelah panen raya sekaligus menyambut bulan Muharrom.

Baca Juga: Mencari Penerus Pratama Arhan, Liga Santri 2022 Telah dimulai

''Tradisi sepak bola api ini bertujuan untuk memerangi angkara murka. Seperti hawa nafsu, emosi, kemarahan, serta rasa benci antar sesama yang disimbolkan dengan api,'' kata Eko.

Dengan berkobarnya bara api, dimaksudkan pula untuk saling menjaga kebersamaan seluruh warga Desa Kawak, serta meningkatkan potensi yang ada di desa tersebut.

''Zaman dulu, ini juga sebagai tolak bala dan obat bagi hewan ternak yang terkena penyakit kulit dan lainnya,'' ungkap Eko.***

Editor: Kartika Kudus

Sumber: Suara Merdeka Muria


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x