Dengan Teknologi Kultur Jaringan, Diharapkan Dapat Mengatasi Kelangkaan Benih Tanaman Porang

- 29 Maret 2021, 23:50 WIB
Ilustrasi Tanaman Porang
Ilustrasi Tanaman Porang /Pixabay

Portal Kudus - Tanaman Porang merupakan komoditi ekspor, yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Pada tahun 2018, tercatat ekspor tanaman porang dari Indonesia ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lainnya tercatat 254 ton atau senilai 11,31 miliar rupiah.

Jika dikonversikan, harga jual porang perkilo mencapai Rp. 44.527,6 per kilo. Selain harga yang cukup fantastis, porang memiliki manfaat sebagai bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, lem, jelly dan lain-lain.

Baca Juga: Kebakaran Kilang Pertamina Balongan, Tidak Mengganggu Stok BBM Nasional Selama 28 Hari

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 2021 untuk Wilayah Kudus, Jawa Tengah

Dalam beberapa penelitian, tanaman porang hidup baik di ketinggian 100-600 mdpl, suhu 23-35°C, curah hujan 1.000 - 1.500 mm pertahun.

Dapat hidup pada tanah bertekstur ringan, sedang, gembur, subur, dan kandungan bahan organiknya cukup tinggi.

Tanaman porang toleran terhadap naungan antara 40-60%. Kandungan air di tanah lebih dari 40% dari kapasitas lapang.

Baca Juga: Tanaman Porang Merupakan Komoditi Ekspor, yang Memiliki Nilai Jual Sangat Tinggi

Pertanian tanaman porang masih baru dikenal dalam beberapa tahun terakhir, sehingga pengetahuan petani tentang budidaya dan teknologi pasca panen porang masih terbatas.

Terbatasnya jumlah bibit yang tersedia, pembeli dan pabrik pengolahan porang merupakan kendala tersendiri dalam pengembangan porang.

Apalagi porang tidak bisa dikonsumsi secara langsung karena selain mengandung glucomannan, tanaman mengandung kalsium oksalat yang dapat menyebabkan lidah dan tenggorokan gatal dan panas bila dikonsumsi.

Harga bibit porang yang cukup mahal juga menyebabkan kendala bagi petani yang memiliki keterbatasan modal untuk mengembangkan porang.

Namun Kebutuhan akan ekspor porang masih terbuka luas karena baru sepertiga kebutuhan pasar yang terpenuhi oleh produksi porang saat ini seperti dilansir dari pemberitaan pertanian.go.id.

Harga chip porang cukup tinggi dan nilai jual porang semakin meningkat setiap harinya. Selain itu potensi porang ditanam sebagai tanaman sela pada perkebunan lada,karet,kelapa sawit maupun hutan masih luas.

Peneliti Ahli Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ika Roostika Tambunan mengatakan bahwa tanaman porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang bernilai ekonomi tinggi.

Dalam keterangannya, “Kelangkaan benih, harus ada sentuhan teknologi dalam hal ini adalah teknik kultur jaringan” kata Ika saat menjadi pembicara dalam Webinar ‘Perlukah Kultur Jaringan untuk Porang Saat ini?’ yang digelar Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM), Rabu 10 Maret 2021.

Pada kesempatan tersebut, Dahlan Iskan, Dewan Pertimbangan Perkumpulan Petani Porang Nusantara (PPPN) sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh BB Biogen, melalui teknologi kultur jaringan untuk mengatasi kelangkaan benih porang.***

Editor: Sugiharto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah