“Tidur itu temannya mati.” (HR. Baihaqi,Thabrani dan Bazzar).
Mengapa tidur dikatakan sebagai saudaranya mati?
Karena, saat tidur panca indra serta kesadaran manusia tidak berfungsi, alias sama dengan mati. Hanya denyut jantung, tarikan napas, dan aspek fisik lainnya saja yang masih hidup.
Baca Juga: Khutbah Jumat SIngkat, Kutamaan Hari Asyura dan Niat Puasa Tasua serta Puasa Asyura
Al Quran menggambarkan peristiwa tidur sebagai berikut:
اَللّٰہُ یَتَوَفَّی الۡاَنۡفُسَ حِیۡنَ مَوۡتِہَا وَ الَّتِیۡ لَمۡ تَمُتۡ فِیۡ مَنَامِہَا ۚ فَیُمۡسِکُ الَّتِیۡ قَضٰی عَلَیۡہَا الۡمَوۡتَ وَ یُرۡسِلُ الۡاُخۡرٰۤی اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی
Artinya:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan…”, (QS. Az-Zumar ayat 42).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa mati itu ada dua jenisnya.
Baca Juga: Niat Puasa Senin Kamis, dan Keutamaan Puasa Sunnah Senin Kamis