Kisah Syarif Abdul Hamid Alkadrie, Tokoh Habib Perancang Lambang Negara Indonesia

- 17 Agustus 2022, 20:52 WIB
Syarif Abdul Hamid Alkadrie
Syarif Abdul Hamid Alkadrie /ig sejarahnusantara45/Sultan Hamid II bersama Queen Didie Van Delden

Portal Kudus - Salah satu Tokoh Habib yang memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Syarif Abdul Hamid Alkadrie. Biasa dikenal dengan Sultan Hamid II, Perannya di masa kemerdekaan hingga sekarang memiliki pengaruh yang besar.

Bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Al-Qadri, Putra dari pasangan Syarif Muhammad Al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani ini lahir pada tanggal 12 Juli 1913 di Pontianak, Kalimantan Barat. 

Baca Juga: KUNCI JAWABAN Latihan 1.5 Matematika Kelas 9 Halaman 55-56 Tentang Notasi Ilmiah Bentuk Baku

Syarif Abdul Hamid pertama kali menempuh pendidikan di ELS (Sekolah Dasar zaman Belanda) di berbagai tempat mulai dari Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta dan Bandung.

Syarif kemudian melanjutkan ke HBS (Sekolah Menengah Umum) di Bandung, lanjut THS di Bandung dan KMA di Breda, Belanda. Tamat dari Belanda, Syarif mendapat pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda. Lulus tahun 1937, Syarif dilantik sebagai perwira KNIL dengan pangkat Letnan Dua.

Saat Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya pada 10 Maret 1942, Syarif Abdul Hamid ikut tertawan. Syarif kemudian dibebaskan usai Jepang menyerah kepada sekutu dan Syarif mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel.

Baca Juga: Fragmen Perjuangan Habib Husein Mutahar, Dari Pencipta Hymne Pramuka Hingga Menyelamatkan Pusaka Merah Putih

Tanggal 29 Oktober 1945, Syarif diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya yang wafat akibat agresi Jepang, dengan gelar Sultan Hamid II. Sebelum Syarif, lebih dulu Sultan Thaha sebagai pengganti sementara tahun 1944-1945.

Pada 17 Desember 1949, Sultan Hamid II diangkat oleh Soekarno dalam kabinet RIS tanpa adanya portofolio. Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Menteri Mohammad Hatta dan 11 anggota berhalaun republik serta 5 anggota berhaluan federal. 

Pemerintahan federal berumur pendek sebab perbedaan pendapat serta kepentingan yang bertentangan antara Unitaris dan Federalis hingga berkembangnya dukungan rakyat untuk membentuk negara kesatuan.

Baca Juga: Cara Mendidik Anak Menjadi Sholeh dari Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf; Ajarkan Cinta Kepada Pewaris Nabi

Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Portofolio dan mendapat tugas dari Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang dan merumuskan lambang negara. 

Dibentuklah panitia teknis pada tanggal 10 Januari 1950 dengan nama Panitia Lencana Negara dengan Koordinator Sultan Hamid II. Susunan panitia tersebut meliputi Muhammad Yamin sebagai ketua teknis, Ki Hajar Dewantara, M. A Pellaupessy, Mohammad Natsir dan R.M Ngabehi Poerbatjaraka sebagai anggota.

Tugas tim adalah menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Setelah melalui proses yang panjang, singkatnya terpilih dua rancangan terbaik yakni milik Sultan Hamid II dan Mohammad Yamin.

Baca Juga: Selain Alm Habib Zein bin Umar bin Smith, Berikut Para Habaib di Jajaran PBNU

Karya Mohammad Yamin kemudian tersingkir karena terdapat lambang sinar matahari di dalamnya. Hal itu seakan memperlihatkan pengaruh Jepang. 

Sementara karya Sultan Hamid II disetujui oleh pemerintah dan DPR, Namun kemudian pihak Masyumi mengajukan keberatan karena ada tangan dan bahu manusia, sehingga dianggap mitologis.

Sultan Hamid II kemudian mengajukan revisi dengan menggunakan burung Rajawali dan ditunjukkan oleh Presiden Soekarno kepada publik tanggal 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes.

Tidak sampai disitu, lambang negara tersebut kemudian disempurnakan hingga mencapai hasil akhirnya pada 20 Maret 1950 oleh pelukis istana, Dullah.

Baca Juga: Bacaan Maulid Simtudduror, Teks Arab Lengkap Karya Al Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi

Lambang negara yang di buat Sultan Hamid II terinspirasi dari mobil kerajaan Sintang yang berupa burung garuda. Saat berkunjung ke Sintang, Kalimantan Barat, Sultan Hamid meminjam mobil kerajaan tersebut. 

Berdasarkan mitologi Hindu, burung garuda merupakan burung mistis yang berasal dari India, yang diketahui berkembang di Indonesia sejak abad ke-6.

Dalam lambang terdapat perisai menyerupai jantung pada leher Garuda yang digantung menggunakan rantai. Selain itu ada semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ pada bagian pita yang dicengkeram oleh Garuda. 

Sebagai lambang negara, makna dari burung Garuda adalah sebagai kekuatan sedangkan warna emas bermakna kemegahan atau kejayaan.***

Editor: Kartika Kudus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah