Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta’aala.
Secara kaidah nahwu, bacaan tersebut adalah salah, karena tarkib lafaz Ramadhan dan “haadzihis sanah” tidak jelas.
Baca Juga: Arti Mimpi Layar Hp Pecah Menurut Islam, Diantaranya Anda Akan Mengalami Gangguan Jiwa
Apabila lafaz Ramadhan dibaca fathah (romadhona), dengan tidak meng-idlofah-kan pada lafaz “haadzihis sanati”, maka lafaz “haadzihis sanati” seharusnya menjadi dhorof zaman (keterangan waktu) yang harus dibaca “haadzihis sanata”.
Sehingga bacaannya menjadi sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى
Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona hadzihis sanata lillaahi ta’aala.
Jika bacaannya seperti di atas, secara kaidah nahwu memang benar, tapi secara makna telah terjadi perubahan sebagai berikut:
“Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan, selama setahun ini.”
Bacaan tersebut rusak secara makna karena lafaz “haadzihis sanata” berstatus sebagai dhorof, bukan lagi menjadi mudlof ilaih dari lafaz “romadhon” yang berfaidah tamyiz (pembeda).