Niat Puasa Ramadhan yang Benar Dibaca Romadhona atau Romadhoni?

3 April 2022, 04:15 WIB
Ilustrasi Niat Puasa Ramadhan yang Benar Dibaca Romadhona atau Romadhoni /freepix/

Portal Kudus – Niat puasa Ramadhan merupakan syarat sah untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan mulia tersebut.


Niat puasa Ramadhan harus dibaca sebelum waktu sholat Subuh tiba, artinya sebelum terbitnya fajar.


Keharusan niat puasa Ramadhan dilakukan sebelum fajar tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah SAW,


مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

“Barangsiapa yang belum berniat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada (tidak sah) puasa baginya.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Baca Juga: Bacaan Doa Kamilin PDF setelah Sholat Tarawih, Teks Arab, Latin, dan Artinya


Adapun niat puasa yang digunakan di masyarakat adalah sebagai berikut:


نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضان هذه السنة لله تعالى

Dalam melafakan lafaz رمضان ada dua versi yang terjadi di masyarakat.


Ada yang membaca romadhona, dengan huruf nun dibaca fathah. Ada juga yang membaca romadhoni, dengan huruf nun dibaca kasrah.


Mana diantara keduanya yang benar? Berikut ini penjelasan Portal Kudus dilansir dari laman nyantriyuk.com pada 2 April 2022.

Baca Juga: Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2022 Seluruh Wilayah Indonesia


Lafaz رمضان termasuk dalam “isim ghairu munshorif” atau isim yang tidak bisa dibaca tanwin karena isim alam (nama) yang memiliki tambahan alif dan nun.


Secara ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab), isim ghoiru munshorif ketika dalam tarkib i’rab Jer, maka alamatnya menggunakan fathah, menjadi “romadhona.”


Namun, apabila isim ghoiru munshorif disandarkan pada lafaz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan alif-lam (al), maka alamat i’rab jer-nya menggunakan kasroh, menjadi “romadhoni.”


Imam Ibnu Malik, dalam bait Alfiyah-nya berkata, “Dan di-jer-kan dengan fathah terhadap isim yang tidak menerima tanwin (ghoiru munshorif), selama tidak dimudlofkan atau berada setelah ‘al’ yang mengiringinya.”

Baca Juga: Hukum Mimpi Basah saat Puasa Ramadhan, Apakah Batal?


Jadi, bacaannya sebagai barikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadooni haadzihis sanati lillaahi ta’aala
“Aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan dari tahun ini karena Allah ta’ala.”


Dalam bacaan niat di atas, lafaz Ramadhan dibaca “romadhoni” karena di-idlofahkan pada “haadzihis sanati” (yang berstatus menjadi mudlof ilaih). Ini adalah bacaan yang benar sesuai kaidah ilmu nahwu dan secara maknya.

Baca Juga: 8 Hal yang Membatalkan Puasa, Muslim Wajib Tahu


Bacaan tersebut seperti diterangkan dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut :


يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ اْلإِشَارَة

“Romadhon dibaca jer dengan kasroh karena statusnya menjadi mudlof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.”


Bagaimana dengan cara membaca “romadhona”?


Versi bacaan niat pausa Ramadhan yang lain adalah dengan membacah fathah huruf nun dari lafaz “romadhon”, menjadi “romadhona”.

Baca Juga: Hukum Mimpi Basah saat Puasa Ramadhan, Apakah Batal?


Bacaannya adalah sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta’aala.


Secara kaidah nahwu, bacaan tersebut adalah salah, karena tarkib lafaz Ramadhan dan “haadzihis sanah” tidak jelas.


Apabila lafaz Ramadhan dibaca fathah (romadhona), dengan tidak meng-idlofah-kan pada lafaz “haadzihis sanati”, maka lafaz “haadzihis sanati” seharusnya menjadi dhorof zaman (keterangan waktu) yang harus dibaca “haadzihis sanata”.

Baca Juga: 8 Doa dalam Al Quran Surah Al Baqarah, Ada Doa Diberi Anak hingga Diangkat dari Beban Hidup


Sehingga bacaannya menjadi sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona hadzihis sanata lillaahi ta’aala.


Jika bacaannya seperti di atas, secara kaidah nahwu memang benar, tapi secara makna telah terjadi perubahan sebagai berikut:


“Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan, selama setahun ini.”

Baca Juga: Tafsir Mimpi Menjual Belalang, Berkaitan dengan Masalah yang Akan Menimpa Anda


Bacaan tersebut rusak secara makna karena lafaz “haadzihis sanata” berstatus sebagai dhorof, bukan lagi menjadi mudlof ilaih dari lafaz “romadhon” yang berfaidah tamyiz (pembeda).


Padahal, syarat niat adalah ta’yin, sehingga perlu ada kelimat pembatas.


Dengan redaksi bacaan seprti di atas, maka maknanya menunjukkan waktu dilaksanaknnya niat menjadi selama satu tahun. Padahal, niat hanya membutuhkan waktu sebentar.


Namun, meski bacaan niat puasa Ramadhannya salah, hukum puasanya tetap sah.

Baca Juga: 20 LINK Twibbon Menyambut Ramadhan 2022 1443 H Marhaban Ya Ramadhan Cocok Dijadikan Foto Profil


Walaupun terjadi kesalahan harokat, selama yang dikehendaki adalah niat puasa Ramadhan tahun ini maka puasa yang dijalankan tetap sah.


Karena, hakikatnya niat itu ada di dalam kehendak hati.***

Editor: Ahmad Khakim

Sumber: nyantriyuk.com

Tags

Terkini

Terpopuler