Dahsyatnya Kejadian Gempa Dangkal Magnitudo 8.0 Hingga 9.3 Aceh, Inikah Gempa Megathrust?

- 15 Desember 2020, 08:00 WIB
Gempa Aceh 14 November 2020
Gempa Aceh 14 November 2020 /BMKG @infobmkg/BMKG/Juniar

Portal Kudus – Para pakar gempa di Indonesia, sudah mampu memetakan 16 segmentasi Zona Megathrust di Indonesia dengan potensi magnitudo yang mungkin terjadi.

Seharusnya informasi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pembangunan di Indonesia, sebagaimana diarahkan oleh Bapak Presiden RI. Bahwa pembangunan harus memperhatikan risiko bencana dan mengakomodir masukan para pakar, hal ini disampaikan pada pembukaan Rakor BNPB BPBD seluruh Indonesia pada tanggal 02 Februari 2019 tahun lalu di Surabaya.

Merujuk pada Istilah Megathrust, tahun lalu dilembang Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, sebanyak 26 kejadian gempa merusak dengan magnitudo 3.3 hingga 7.3 di wilayah Jawa Barat pada periode 1963 hingga 2018. Intensitas maksimum yang dapat ditimbulkan mencapai VIII MMI.

Baca Juga: Doa Mustajab Sebelum Tidur, Sebagai Tuntunan Bahwa Kita Hanya Berserah Pada Allah

Sementara itu, Peneliti Geotek LIPI Mudrik Daryono mencatat secara detail Sesar Lembang dengan menggunakan metode tektonik geomorfologi dan paleoseismologi, membagi Sesar Lembang menjadi enam bagian. Panjang keseluruhan dari bagian tersebut mencapai 29 km, mulai dari Cimeta, Cipogor, Cihideng, Gunung Batu, Cikapundang, dan Batu Lenceng.

Sementara itu, hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menunjukkan bahwa Sesar Lembang berpotensi terjadi gempa dengan magnitudo maksimum M 6.8.

Pada potensi tersebut, BMKG telah melakukan pemodelan peta tingkat guncangan atau shakemap. Skenario yang digunakan yaitu M 6.8 dengan kedalaman 10 km di zona Sesar Lembang. Pemodelan menunjukkan intensitas VII – VIII MMI.

Baca Juga: 2020 Ditengah Pandemi Covid 19, Bencana Banjir Hingga Longsor Berikut Data BNPB

Pada tahun 2020 ini, sempat heboh dengan hasil riset para ahli Institut Teknologi Bandung (ITB). Yang disampaikan Triyono selaku kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, bahwa adanya potensi gempa bumi dengan Magnitudo 9,1 SR. Yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter dari zona gempa bumi Megathrust.

Diperjelas dengan prediksi para ilmuwan, jika Megathrust bisa lebih parah dari 9,0 SR.

Megathrust adalah julukan atau sebutan untuk daerah atau lokasi subduksi, yaitu kondisi dimana lempeng satu mendorong lempeng-lempeng yang lainnya sehingga akhirnya terjadi subduksi dan gempa, dikutip dari ilmugeografi.com. Hal ini menyebabkan lempeng yang satu bergerak naik dan yang lainnya bergerak turun.

Baca Juga: Puncak La Nina Sampai Maret 2021, BMKG Mengeluarkan Peringatan Dini Bagi Daerah Berikut

Karena  Megathrust terjadi di dataran dekat bumi dan pada lempengan yang dangkal, akhirnya gempa ini memiliki skala atau kekuatan yang sangat besar.

Skala gempanya bisa mulai dari 8,0 SR ; 9,0 SR, Indonesia membagi zona megathrust menjadi 3 zona besar yaitu Andaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan juga Java Megathrust.

BNPB juga pernah memberitakan tentang, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga memiliki potensi terjadinya gempa bumi dan tsunami. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Pakar tsunami-BPPT, Widjo Kongko, bahwa masyarakat di DIY harus mempersiapkan diri terhadap potensi gempa bumi dan tsunami yang akan terjadi di selatan Pulau Jawa. 

Adanya potensi gempa dan tsunami ini diperkuat dengan kajian dan catatan historis, dimana adanya potensi kehadiran megathrust dan gerak sesar atau lempeng yang dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya gempa besar dengan kekuatan di atas 8,7 SR.

Selanjutnya Sulawesi Utara, data otentik hasil penelusuran tim BNPB menyebutkan bahwa setidaknya pernah terjadi lima kali gempa besar dalam kurun waktu sangat singkat yakni 15 tahun yang melanda daerah yang dijuluki “Nyiur Melambai” itu.

Kelima peristiwa itu terjadi tahun: 1845, 1846, 1856, 1858, dan 1859. “Data itu diperoleh saat tim ke Belanda menelusuri jejak-jejak kebencanaan masa lalu, akhir Mei 2019. Yang ingin saya tegaskan adalah, bahwa bencana alam itu sesuatu yang berulang. Hanya saja, kita tidak tahu kapan peristiwa itu akan terjadi. Karenanya, kita harus selalu waspada,” ujar Doni Monardo Kepala BNPB.

Sulawesi Utara adalah salah satu daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Sebab, ada tiga megathrust yang melingkarinya. Ketiga megathrust itu adalah megathrust Sulawesi, megathrust Sangihe, dan megathrust Halmahera.

Tak lupa Doni Monardo menyampaikan kisah menarik tentang ahli geologi dan kegempaan asal Amerika Serikat Prof Ron A Harris. Doni bertemu Prof Ron tahun 2019, tak lama setelah menjabat Kepala BNPB.

Yang menarik adalah, penelitian Prof Ron tahun 2002 terkait potensi gempa dan tsunami di wilayah Sumatera. Salah satu kalimat yang Doni ingat betul hingga hari ini adalah, “Seandainya pada tahun 2002 saya menyempatkan diri berkeliling Sumatera dan mengabarkan hasil penelitian itu, niscaya korban tsunami Aceh (tahun 2004) tidak akan sebesar itu.”

Seperti kita ketahui, tsunami di Aceh diakibatkan gempa dangkal di laut bermagnitudo 9,3, yang jaraknya sekitar 149 kilometer dari Meulaboh. Secara keseluruhan ada 14 negara yang terkena dampak tsunami dengan jumlah korban mencapai 230.000 jiwa. Adapun warga Aceh yang dilaporkan meninggal dan hilang tercatat 167.000 orang.

“Yang dikatakan Profesor Ron adalah tentang kewaspadaan. Tentang pentingnya mitigasi. Apalagi, saat itu kita semua asing dengan kata tsunami. Kalau saja Prof Ron tahun 2002 mensosialisasikan hasil penelitiannya, maka lebih banyak warga Sumatera, khususnya Aceh yang mengetahui apa itu tsunami dan bagaimana menyikapinya. Jadi masuk akal jika Prof Ron berkeyakinan, kalau sebelumnya ada langkah mitigasi, jumlah korban tidak akan sebesar itu. Sekali lagi, itulah pentingnya mitigasi kebencanaan,” tandas Doni.

Rilis pemberitaan BNPB terbaru pada November 2020, diberitakan telah memasang sistem peringatan dini tsunami di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada November kemarin. Sistem yang dikembangkan BNPB dan UGM ini diujicobakan dengan melibatkan BPBD dan warga setempat. 

Dalam pengujian sistem peringatan dini, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan rangkaian simulasi evakuasi tsunami.

Simulasi yang berlangsung pada hari Senin 23 November 2020, bertujuan untuk menguji sistem yang dibangun untuk menghadapi potensi tsunami di Kecamatan Siberut Utara.

Simulasi evakuasi tsunami merupakan puncak dari serangkaian kegiatan sistem peringatan dini yang dibangun sejak dari tanggal 15 hingga 23 November 2020.

Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan akurat dari pemerintah tentang bahaya tsunami melalui sirine yang terpasang. Simulasi ini diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan, misal tanggal 26 setiap bulan  atau setiap tahunnya. Tentu, ini akan membantu kesiapsiagaan warga setempat dalam menghadapi bencana.

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten yang terletak di jalur megathrust tsunami di Indonesia. Pemasangan alat peringatan dini tsunami di Kecamatan Siberut Utara menjadi perhatian penting karena daerah ini mempunyai elevasi atau ketinggian yang jauh dari daerah pantai, jalur evakuasi panjang lebih dari 2,5 km padahal perkiraan waktu tsunami datang kurang dari 5 menit. 

Faktor lain adalah sebagian besar penduduk di Muara Sikabaluan tinggal di tepi pantai. Alat peringatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat  memperkuat kegiatan kesiapsiagaan tsunami.***

Editor: Sugiharto

Sumber: Dari berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah