Portal Kudus - Ada beberapa tradisi yang diadakan pada bulan Suro. Pelaksanaan tradisi Suro tepatnya dilaksanakan pada malam 1 Suro.
Di berbagai daerah terdapat tradisi tersendiri, seperti kirab di Yogyakarta iring-iringan membawa keris, dan abdi dalem keraton membawa hasil kekayaan alam yang membentuk gunung tumpeng dan benda pusaka sebagai sajian khas iring-iringan kirab.
Terdapat tradisi Suro di Solo yaitu tradisi Kebo (kerbau) Bule. Tradisi tersebut dipercaya keramat oleh warga setempat. Sebab Kebo Bule bukan sembarang kerbau melainkan salah satu pusaka penting keraton.
Selain itu, di daerah Ponorogo juga ada tradisi Suro yang dinamakan Grebeg Suro Ponorogo.
Baca Juga: 7 Tips Menjadi Pengusaha dari Randi Zuckerberg
Tradisi Suro di Ponorogo digelar kembali setelah dua tahun tidak digelar akibat pandemi covid-19.
Nantinya, pembukaan Grebeg Suro 2022 disambut dengan meriahnya kembang api dengan aksi pecut samandiman oleh Sugiri Sancoko selaku Bupati Ponorogo.
Bupati Ponorogo menunjukkan pada event tersebut bahwa perpaduan budaya dan santri harus diterjemahkan ke dalam sebuah event atau pagelaran.
Sebab perpaduan budaya dan santri datang dari leluhur yang luar biasa.
Dilansir dari disbudparpora.go.id dengan tajuk Bergandeng Erat, Bergerak Cepat, Ponorogo Hebat resmi launching logo dan tema Grebeg Suro tahun 2022.
Selain itu pemerintah Ponorogo juga merilis kegiatan Grebeg Suro pada tahun ini kurang lebih 52 kegiatan yang berlangsung pada tanggal 11 Juni hingga 28 Agustus mendatang.
Grebeg Suro ini juga dibarengi dengan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang ke 526.
Dikutip dari berbagai sumber bahwa Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edi mengatakan perayaan Grebeg Suro tahun 2022 ada Festival Reog Mini (FRM) XVIII, Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXVII dan Peringatan Hari Jadi ke 526 Kabupaten Ponorogo.
Baca Juga: 5 Tips Menurunkan Kolesterol, Mulai dari Atur Pola Makan Hingga Olahraga
Judha juga mengatakan tahun ini perayaannya bisa dibilang menarik sebab adanya perpaduan antara budaya dan santri.
Perpaduan tersebut guna menunjukkan bahwa Ponorogo merupakan kota santri. Hal tersebut juga ditunjukkan dari berbagai kegiatan keagamaan seperti istighosah, Sema'an Al-Qur’an Moloekatan, Ziarah Makam Batoro Katong dan Makam KRMA Mertonegoro, penari Bujang Ganong dan penari Sufi yang bakal mendapatkan rekor MURI dan acara lainnya.
Kemudian hal yang menunjukkan tentang budaya adalah diadakannya upacara adat Larung Sesaji Ngebel yang dikawal oleh para peraga dan diiringi para penari dan kesenian reog, pagelaran tari gambyong, lomba karawitan tingkat umum dan pelajar, pameran seni rupa, dan acara lainnya.***