TEKS Khutbah Jumat Ramadhan Terbaru 2024 Tentang Ramadhan Mendidik Manusia untuk Mencintai Akhirat

- 15 Maret 2024, 06:36 WIB
teks Khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024
teks Khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024 /pexels.com

Portal Kudus - Inilah teks Khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024 tentang Ramadhan mendidik manusia untuk mencintai akhirat.

Ramadhan merupakan bulan yang penuh hikmah di dalamnya.

Pada bulan Ramadhan seseorang diperintahkan untuk menjaga hawa nafsunya melalui kewajiban puasa Ramadhan.

Ramadhan juga mendidik manusia agar lebih mencintai akhirat daripada kehidupan dunianya, sebagaimana tertuang dalam naskah khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024 dalam artikel ini.

Baca Juga: 30 SOAL OSN Matematika SD 2024 dan Pembahasannya, Contoh Latihan Soal Olimpiade Matematika SD Tahun 2024

Dikutip Portal Kudus dari laman Radio Rodja, berikut naskah khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024 tentang Ramadhan mendidik manusia untuk mencintai akhirat.

Khutbah Pertama

Ummatal Islam,

Sungguh besar hikmah yang Allah jadikan di dalam bulan Ramadhan. Sesungguhnya ia adalah bulan yang penuh hikmah, yang apabila kita memikirkannya, kita akan mendapatkan betapa agungnya bulan ini.

Di antara hikmah yang Allah inginkan dari bulan Ramadhan, yaitu agar senantiasa hati kita condong kepada Allah, agar senantiasa hati kita condong kepada kehidupan akhirat. Ketika kita berpuasa, syahwat kita ditahan untuk makan dan minum, demikian pula syahwat yang lainnya.

Kita diperintahkan untuk menjaga mata, telinga, demikian pula lisan kita. Sehingga pada waktu itu hati kita menjadi bersih dan bening. Dan kebeningan hati itulah yang menjadikan hati kembali kepada fitrahnya, untuk senantiasa kembali kepada Allah Jalla wa ‘Ala dan menyadari bahwasanya kehidupan akhirat itulah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan dunia, sesungguhnya ia bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Ia adalah kehidupan yang fana, kesenangannya diselingi dengan kasusahan dan kesulitan.

Baca Juga: UPDATE 40 Contoh Soal Olimpiade OSN IPS SMP 2024 Lengkap Kunci Jawabannya untuk Latihan

Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala orang-orang yang hatinya merasa ridha dan merasa tenang dengan kehidupan dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ ‎﴿٧﴾‏ أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ…

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan lebih ridha dengan kehidupan dunia, dan merasa tenang dengan kehidupan dunia, dan orang-orang yang lalai dari ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya dalam api neraka.” (QS. Yunus[10]: 7-8)

Karena seorang mukmin tidak akan merasa tenang dengan dunia. Bagaimana dia akan merasa tenang, halalnya akan dihisab oleh Allah, haramnya akan mendapatkan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua kenikmatan yang ia dapatkan akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana seorang mukmin akan tenang dengan dunia? Sementara dunia itu sangat menipu dan menjadikan hati kita berpaling dari kehidupan akhirat.

Seseorang yang terbiasa dengan kesenangan dunia, berfoya-foya, berhura-hura, hati mereka akhirnya dijadikan berat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang hatinya dipenuhi dengan cinta dunia, dijadikan hatinya terasa berat untuk ikhlas, yang ia pikirkan adalah kesenangan dunia. Orang yang cinta dunia, saudaraku sekalian, hatinya penuh dengan penyakit-penyakit hati berupa kedengkian dan yang lainnya.

Baca Juga: 30 LATIHAN Soal PTS Matematika Kelas 4 Semester 2 Kurikulum Merdeka Beserta Jawabannya Tahun 2024

Maka bagaimana seorang mukmin akan merasa tenang dengan kehidupan dunia, setelah ia tahu dan sadar bahwasanya dunia adalah negeri yang fana, negeri yang penuh dengan tipuan, dimana Allah menyebutkan sendiri dalam Al Quran:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Menipu banyak manusia dari kehidupan akhirat, menipu banyak manusia dari berdzikir kepada Allah, sehingga mereka menganggap seakan-akan ia akan hidup selamanya dalam kehidupan dunia, sehingga akhirnya mereka lupa untuk bersiap dan mempersiapkan dirinya untuk kematiannya. Bahkan banyak yang menunda-nunda taubat hanya karena ingin merasakan kenikmatan dunia yang sementara.

Ummatal Islam,

Oleh karena itulah Allah mendidik kita di bulan Ramadhan agar hati kita tidak terpaut dengan kehidupan dunia, agar hati kita terpaut dengan kehidupan akhirat. Karena itu yang lebih baik, itu lebih kekal di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la[87]: 17)

Kita tinggalkan makanan dan minuman di siang hari bulan Ramadhan, semua karena kita mengharapkan kehidupan akhirat. Kita berharap mudah-mudahan Allah berikan pahala besar, mudah-mudahan Allah berikan kepada kita di padang mahsyar rasa kenyang. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwasanya orang yang paling panjang laparnya dalam kehidupan akhirat adalah yang paling banyak kenyangnya dalam kehidupan dunia.

Ummatal Islam,

Karena sesungguhnya orang yang hatinya senantiasa mengharapkan kehidupan akhirat, maka itulah sebaik-baik hati manusia. Seseorang yang hatinya mengharapkan akhirat, keikhlasannya sangat penuh dan sangat murni ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia tidak mengharapkan pujian manusia, ia tidak mengharapkan kehidupan dunia dari amal ibadahnya, yang ia harapan adalah pahala akhirat, keridhaan Allah semata, surga Allah yang ia inginkan.

Saudaraku sekalian..

Orang yang menginginkan kehidupan akhirat dan hatinya menginginkan akhirat, ia akan diberikan oleh Allah kekuatan untuk istiqamah di atas agamanya, diatas sunnah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sebaliknya, saudaraku.. Orang yang hatinya mengharapkan dunia, yang ia pikirkan dunia, yang ia inginkan dunia, akan sangat sulit untuk menaati Allah dan RasulNya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ

“Barangsiapa yang keinginan terbesarnya dunia,”

فَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ

“Allah akan cerai-beraikan urusannya.”

Apa maksudnya dicerai-beraikan urusannya? Artinya dijadikan kesabarannya lemah, dijadikan kedermawanannya pun sempit, bahkan hatinya dipenuhi dengan pelit, rasa dengki, demikian pula bakhil dan yang lainnya.

Saudaraku sekalian, kata Rasulullah bahwa orang yang menginginkan kehidupan dunia, dan keinginan terbesarnya adalah dunia:

جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ

“Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”

Sehingga ia tidak pernah merasa kenyang, tidak pernah merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Padahal diberikan oleh Allah banyak kesenangan dunia, tapi karena hatinya selalu mengharapkan dunia, ia tidak punya kekayaan hati, ia tidak punya jiwa qanaah. Sehingga akhirnya ia selalu merasa kurang dan kurang.

وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ.

“Dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali yang telah Allah tuliskan saja untuk dia.”

Ini balasan bagi orang yang keinginan terbesarnya adalah dunia. Sebaliknya, orang yang keinginan terbesarnya adalah akhirat, saudaraku. Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan:

مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ

“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah akhirat”

جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ

“Allah akan kokohkan urusannya”

Artinya Allah akan jadikan ia kuat untuk sabar diatas ketaatan, diatas istiqamah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ

“Dan Allah akan jadikan kekayaan itu di hatinya.”

Ia senantiasa merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Ia qanaah, merasa puas meskipun sedikit yang ia dapatkan. Karena yang ia harapkan adalah kehidupan akhirat, bukan kehidupan dunia.

وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Dan dunia mendatanginya dalam keadaan dunia hina di matanya.” (HR. Tirmidzi)

Karena ia memandang dunia bagaikan bangkai kambing, sementara ia berharap kehidupan akhirat itulah segala-galanya.

Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Wahai para pemuda, hendaklah kalian mencari akhirat. Karena aku melihat orang-orang yang mencari akhirat diberikan oleh Allah dunia, demikian pula diberikan oleh Allah akhirat. Mereka mendapatkan akhirat, mereka pun mendapatkan dunia. Sementara orang yang mencari dunia dan berpaling dari akhirat, banyak di antara mereka tidak diberikan akhirat oleh Allah.”

Para pencari dunia, walaupun mereka mendapatkan dunia, akhirnya mereka berpaling dari kehidupan akhirat. Mereka tidak mendapatkan kecuali apa yang mereka inginkan dari kehidupan dunia.

Itupun banyak di antara mereka yang dikecewakan oleh dunia. Sedihnya karena dunia, marahnya karena dunia, ridhanya karena dunia, sehingga akhirnya ia menjadi budak-budak dunia.

Maka saudaraku.. Mana yang kita pilih? Apakah kita mau menjadi budak-budak dunia kah? Atau kita menjadi anak-anak akhirat? Tentu kita ingin menjadi anak-anak akhirat, yang senantiasa mengharapkan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridhaanNya.

Khutbah Kedua

Ummatal Islam,

Bulan Ramadhan akan terasa indah bagi mereka yang mengharapkan kehidupan akhirat. Karena sesungguhnya Ramadhan penuh dengan ketaatan dan ketakwaan. Di siang hari kita berpuasa, di malam hari kita berdiri untuk shalat tarawih. Kita senantiasa berada di antara ibadah dan ibadah, sehingga hati kita pun menjadi dekat kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Maka mereka yang mengharapkan kehidupan akhirat, merasa gembira dengan tempaan Allah dengan bulan Ramadhan ini, dengan pendidikan yang luar biasa, karena ia merasakan nikmat ketika Allah inginkan kita terbiasa diatas ketaatan, terbiasa dengan puasa, terbiasa dengan membaca Al Quran, terbiasa dengan shalat malam, dan Allah ingin agar kebiasaan itu terus berlanjut sampai akhir hayat kita, agar Allah wafatkan kita diatas khusnul khatimah.

Sementara para pencari dunia dan orang-orang yang menginginkan dunia, bagi mereka Ramadhan itu sesuatu yang berat di hatinya. Mereka memandang puasa, memandang perintah-perintah Allah hanya sesuatu yang membebani hidupnya. Seperti yang Allah sebutkan mereka dalam Al Quran:

كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا

“Bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab besar.” (QS. Al-Jumu’ah[62]: 5)

Keledai tidak tahu kalau kitab yang ada di atas punggungnya adalah kitab suci yang membimbingnya, keledai hanya tahu bahwasanya kitab ini membebani hidupnya, membebani jiwanya. Maka siapa yang menganggap perintah Allah dan laranganNya hanya sebagai beban untuk hidupnya, ia bagaikan keledai yang Allah ceritakan dalam Al Quranul Karim.

Demikian terkait naskah khutbah Jumat Ramadhan terbaru 2024 tentang Ramadhan mendidik manusia untuk mencintai akhirat.***

Editor: Azkaa Najmuts Tsaqib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah