Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 214, Pembahasan Identifikasi Identitas Buku yang Diresensi

- 19 Januari 2023, 10:35 WIB
Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 214, Tugas Identifikasi Teks Resensi
Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 214, Tugas Identifikasi Teks Resensi /

Portal Kudus -Pembahasan soal dan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 SMA, SMK dan MA halaman 214, Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi.

Artikel ini berisi kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 SMA dan MA halaman 214, Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi.

Materi pembelajaran merujuk ada buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 edisi revisi 2017 untuk kelas 11 SMA dan MA.

Baca Juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 11 Halaman 35 Pembahasan Soal Uji Kompetensi Bab 1 Harmonisasi HAM dalam Pancasila

Sebelum membuka kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 ini hendaknya siswa memahami materi pembelajaran dan menjawab soal pertanyaan sendiri terlebih dahulu.

Pada artikel ini, kunci jawaban ditujukan kepada orang tua sebagai panduan dan pembanding untuk mengoreksi pekerjaan anak.

Berikut pembahasan soal dan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 halaman 214, Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi.

Seperti dilansir Portalkudus.com dari alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus, An'im Solahuddin S.Pd.

Baca Juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 11 Halaman 29 Materi Pembelajaran Perilaku Cerminan Hak dan Kewajiban Asasi Mananusia

Kunci Jawaban halaman 214

Tugas

1. a. Bacalah kembali contoh teks resensi di atas dengan baik!

b. Secara berkelompok, identifikasilah resensi tersebut berdasarkan aspek-aspek berikut!
1) identitas buku,
2) ringkasan isi buku,
3) keunggulan buku,
4) kelemahan buku, dan
5) rekomendasi.

c. Selain aspek-aspek tersebut, adakah aspek lain yang dibahas dalam
resensi tersebut? Jelaskan!

2. a. Cermatilah contoh resensi lainnya, untuk buku nonfiksi!
b. Cermati unsur-unsur yang ada pada resensi tersebut!
c. Tuliskanlah hasil penilaian kamu pada teks tersebut!
d. Gunakanlah rubrik seperti di bawah ini.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 210, Pembahasan Soal Membandingkan Isi Teks Resensi

Jawaban:

a. dibaca ulang bacaan Petualangan Bocah di Zaman Jepang

b. 1.) Identitas buku
Judul buku : Saksi Mata
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit: Kompas
Tebal: x + 434 halaman

2) ringkasan isi buku,
Tokoh  utama  dalam  novel  ini  adalah  bocah  laki-laki  berusia  dua  belas  tahun bernama   Kuntara,   yaitu   seorang pelajar sekolah   rakyat   Mohangakko dan  mengambil  latar  Kota  Surabaya  pada  zaman  penjajahan  Jepang  dengan  penggambaran  yang  sangat  apik,  detail, dan  sangat  memikat.

Novel  setebal  434  halaman  ini  sebenarnya  merupakan  cerita  bersambung  yang  dimuat  di  halaman  Kompas pada rentang waktu 2 November 1997 hingga 2 April 1998. Kisah berawal dari Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng Rumsari alias Bulik  Rum  tengah  bertemu  dengan  Wiradad  di  sebuah  bunker  belakang.  Baru  diketahui  Kuntara  kalau  Wiradad  adalah  suami  sah  dari  Bulik  Rum.

Baca Juga: KUNCI JAWABAN PKN Kelas 8 Halaman 79 Aktivitas 4.1, Pahlawan Nasional yang Berjuang Sebelum Tahun 1908

Semantara  itu, Bulik Rum adalah “wanita simpanan” tuan Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan sehari-harinya bekerja di pabrik karung. Sebenarnya, Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke Surabaya.

3) keunggulan buku,
Novel  ini  menyajikan  cerita  sejarah  pada  masa  penjajahan  zaman  Jepang  di  Indonesia. Salah satu sejarah yang perlu diketahui oleh para pembaca.

4) kelemahan buku,
Novel ini tidak cocok untuk kalangan remaja bahkan untuk anak-anak. Lebih cocok untuk dewasa.

5) rekomendasi.
Membaca  novel  ini  akan  mengingatkan  kembali  pada  peristiwa  penjajahan  zaman  Jepang  di  Indonesia  tepatnya  di  Kota  Surabaya.  Kosakata  dan  lagu-lagu  Jepang yang disajikan menambah hidup suasana zaman pendudukan Jepang saat di Indonesia.

c. tidak ada

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 210, Pembahasan Soal Membandingkan Isi Teks Resensi

Nomor 2
Pada  jawaban  ini,  peserta  didik  mencermati  unsur-unsur  resensi  jenis  buku  lain  yaitu nonfiksi.  Pengerjaannya  bisa  berdasarkan  format  tabel  yang  ada  disertai  dengan penilaian.  Aspek  yang  dinilai  yaitu  kelengkapan,  ketepatan,  kejelasan,  keefektifan kalimat, kebakuan ejaan/tanda baca.

Rekomendasi Bacaan resensi

Beragam tema, beragam kisah terangkum di kumpulan cerita pendek Cerita Cinta Indonesia  ini.  Mulai  dari  jejak  sastra  hingga  cerita  pendek  teenlit  tergores  dalam  45  cerpen  buah  karya  45  penulis  yang  pasti  sudah  Anda  kenal.  Membaca  kumpulan  cerita  pendek  ini  seakan-akan  memilih  beraneka  rasa  dan  rupa  dalam  sajian  paket  lengkap. Sebabnya, ada begitu terlalu banyak kisah kehidupan yang menunggu untuk dinikmati  para  pembacanya.    Ada  kisah  cinta,  misteri,  persahabatan,  dan  beragam  tema lainnya, yang ditampilkan secara serius dan populer.

Buku ini memang menawarkan tema dan rasa yang berbeda-beda. “Nasihat Nenek” karya Clara Ng dan “Asylum” karya Lexie Xu merupakan cerpen yang mengundang rasa  mencekam.  Atmoster  horornya  sangat  terasa.  Pada  deretan    galau  maker    ada  “Rindu yang Terlalu” karya Arswendo Atmowiloto, “Gerimis yang Ganjil “ oleh Budi Maryono, “Rindu” oleh Dewi Kharisma Michellia, “Hachiko” dan “Luka yang Setia” oleh  Eka  Kurniawan,  “Muse”  oleh  Ika  Natassa  dan  “Gadis  dan  Pohon  Jambu”  oleh    M.  Aan  Mansyur.  Beberapa  penulis  terkenal  sebagai  penulis  teenlit  juga  tampil  di  buku ini,  seperti “Tabula Rasa” oleh Debbie Wijaja, “Savana” oleh Dyan Nuranindya, “Gelas di Pinggir Meja” oleh Ken Terate, “SMS” oleh Luna Torashyngu, dan “Letting Go” oleh RisTee.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 188, Masalah dan Uraian dalam Karya Ilmiah

Ada  pula  cerpen-cerpen  menarik  lain  dan  memukau.  “Dua  Garis”  oleh  Jessica  Huawae   bisa   membuat   rasa   muak   pembacanya.   Bukan   muak   karena   kualitas   cerpennya. Akan tetapi, hal itu disebabkan oleh temanya yang memang merupakan kenyataan sebenarnya. “Persepsi” oleh Maggie Tiojakin yang bermain-main dengan persepsi  pembacanya.  “Apalah  Artinya  Nama”  oleh  Marga  T.  bisa  membuat  para  pembaca    penasaran:  berapa  persentase  kebenaran  di  cerpen  tersebut.  Terakhir  ada  “Bahagia  Bersyarat”  oleh  Okky  Madasari  bisa  membuat  pembaca  bertanya-tanya,  “Apa arti sesungguhnya dari kata bahagia itu; benarkah kita sudah merasa bahagia di kehidupan sekarang?”

Selain itu, bukan berarti cerpen-cerpen yang tidak disebutkan itu jelek, ya. Tulisan ini  bisa  terlalu  panjang  jika  harus  diulas  satu  per  satu.  Lebih  baik  pembaca  sendiri  yang membuktikannya. Saya sendiri merasa puas setelah membacanya. Bahkan, para penulis yang sebelumnya kurang saya sukai, mampu membuat saya menikmati cerita yang mereka tuturkan itu.

Sangat  jarang  sekali  novel-novel  “serius”  di  Indonesia  yang  terbit  dalam  kurun  waktu beberapa tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain  dari  novel  Mencoba  Tidak  Menyerah-nya  Yudhistira  ANM,  mungkin  hanya  novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang  menarik  apabila  membaca  cerita  sebuah  novel  “serius”  dengan  tokoh  utama  seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun menanggapi  berbagai  peristiwa  yang  terjadi  dengan  diri,  keluarga,  dan  lingkungan  sekitarnya  pada  masa  penjajahan  Jepang  dan  dengan  “kepintarannya”  ia  mencoba  untuk memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?

Baca Juga: TERJAWAB Seperti Apa Pentingnya Kelas Interaktif untuk Pembelajaran, Pahami Berbagai Manfaat Pentingnya

Keunggulan   lain   dari   novel   ini   adalah   penggambaran   suasana   yang   detail   mengenai Kota Surabaya pada tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya segala! Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah  oleh  Suparto  Brata.  Kita  bisa  membayangkan  bagaimanan  keadaan  kampung  SS  Pacarkeling  yang  kala  itu  masih  “berbau”  Hindia  Belanda  karena  nama-nama  jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda. Juga tentang bungker-bungker–perlindungan yang digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan udara–kebetulan saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan juga tentang stasiun kereta api Gubeng yang tersohor itu.

Sebagai arek Suroboyo yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata jelas tidak mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah penulis yang hidup dalam tiga zaman, kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang dan era kemerdekaan. Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang meski tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele.

Novel  ini  juga  diperkaya  dengan  adanya  kosakata  dan  lagu-lagu  Jepang  yang  makin menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Namun, uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi, bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD dan MI Halaman 143, 144, 145, 146, 147, 149, 150, Subtema 3 Pembelajaran

*)Disclaimer: Artikel ini bersifat analisis, dan hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak. Portal Kudus tidak bertanggung jawab jika terjadi kesalahan. Untuk pertanyaan terbuka, jawaban tidak terpaku pada kunci jawaban diatas.

Demikian Pembahasan soal dan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 11 SMA,SMK dan MA halaman 214, Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi.***

Editor: Kartika Kudus

Sumber: BSE Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah