Noken Papua Diakui Sebagai Warisan Budaya Dunia, Ketahui Filososi dan Cara Membuatnya

- 4 Desember 2020, 18:05 WIB
Ilustrasi Noken Papua
Ilustrasi Noken Papua /Instagram/@konopa__

Portal Kudus -Laman utama pencarian Google menjadikan noken Papua sebagai Doodle pada hari ini, Jumat 4 desember 2020.

Laman Google menampilkan noken Papua bertujuan untuk memperkenalkan dan menjaga warisan budaya dari Papua ini. 

Umumnya, Google akan menampilkan Google Doodle pada beberapa kesempatan tertentu, misalnya ulang tahun tokoh penting atau perayaan kemerdekaan sebuah negara.

Pada hari ini, Google Doodle yang ditampilkan oleh Google berjudul 'Celebrating Noken Papua' atau Merayakan Noken Papua.

Baca Juga: Mengenal Noken Papua yang Jadi Google Doodle dan Diakui UNESCO Sebagai Warisan Dunia

Baca Juga: Cuti Bersama Dipangkas 3 Hari, Ini Jadwal Hari Libur Nasional Akhir Tahun 2020

Noken merupakan tas tradisional khas dari Papua yang digunakan oleh masyarakat Papua sehari-hari.

Cara membawa tas ini berbeda dengan tas yang biasanya kita gunakan, karena noken digunakan di dahi dan kantung tas akan menggantung dari leher hingga punggung.

Yuk cari tahu lebih banyak mengenai noken, tas tradisional masyarakat Papua ini.

Apa Noken Papua Itu?

Noken Papua adalah jaring rajutan atau tas anyaman tradisional Papua buatan tangan dari serat kayu, daun, batang anggrek, ataupun kulit kayu kemudian diproses menjadi benang yang kuat.

Benang-benang tadi lalu diikat atau dianyam menjadi sebuah tas. Seringnya, para wanita menggunakan Noken untuk mengangkut hasil pertanian dan membawa barang dagangan ke pasar.

Di Papua atau Papua Barat, kemahiran seorang perempuan merajut Noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.

Noken Papua telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO. Penetapan tersebut dilakukan di Paris Prancis, tanggal 4 Desember 2012.

Baca Juga: Sinopsis True Beauty, KDrama Baru Adaptasi Webtoon Dibintangi Cha Eun Woo

Noken digolongkan dalam kategori 'in Need of Urgent Safeguarding' atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.

Nilai Filosofi Noken Papua

Bagi masyarakat Papua, noken mengandung banyak nilai filosofis.

Noken bukan hanya sekadar tas untuk membawa barang, namun banyak nilai-nilai yang diajarkan nenek moyang Papua kepada generasi sekarang melalui noken.

"Kita harus kembali mendalami ilmu noken ini. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran," kata Titus Christoforus Pekei, ketua Yayasan Noken Papua dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Menurut Titus Pekei, awalnya noken yang dianggap sebuah benda yang remeh di mata orang.

Baca Juga: Sinopsis True Beauty, KDrama Baru Adaptasi Webtoon Dibintangi Cha Eun Woo

Namun sebenarnya di dalam noken, tersimpan banyak makna atau nilai, terutama bagi masyarakat Papua.

"Karena itu, kita harus mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalam arti noken ini," kata tokoh yang turut memperjuangkan noken sebagai warisan budaya dunia takbenda tersebut.

Kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Titus berharap museum noken di Jayapura segera diselesaikan, agar menjadi tempat belajar tentang noken, terutama bagi generasi muda.

Ia juga berharap, ilmu tentang noken menjadi pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah Papua.

Baca Juga: NIK KTP Tidak Terdaftar di Link eform.bri.co.id/bpum? Ini Cara cairkan BLT UMKM 2,4 Juta

Berikut Cara Membuat Noken Papua 

Cara membuat noken Papua bervariasi antarkomunitas, berikut uraian cara membuat noken papua : 

  • Pada umumnya cabang, batang atau kulit pohon atau semak tertentu ditebang, dipanaskan di atas api dan direndam dalam air.
  • Serat kayu yang tersisa dikeringkan, kemudian dipintal menjadi benang atau tali yang kuat, yang terkadang diwarnai dengan pewarna alami.
  • Tali ini diikat dengan tangan untuk membuat kantong jaring dengan berbagai pola dan ukuran.
  • Prosesnya membutuhkan keterampilan manual yang hebat, perhatian dan rasa artistik, dan membutuhkan beberapa bulan untuk menguasainya.

Sayangnya, saat ini jumlah orang yang membuat dan menggunakan Noken semakin berkurang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya kurangnya kesadaran, melemahnya transmisi tradisional, berkurangnya jumlah pengrajin, persaingan dari tas buatan pabrik, masalah dalam memperoleh bahan baku tradisional dengan mudah dan cepat, dan pergeseran nilai-nilai budaya Noken.***

 

 

 

 

Editor: Ulul Uliyanto

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x