DPRD Rembang Memroses Aduan dari Asosiasi Jaring Tarik Berkantong Rembang terkait Harga Jual Ikan

- 6 Juni 2024, 13:37 WIB
audiensi tentang penurunan harga jual ikan dan macetnya keuangan hasil penjualan ikan, DPRD Rembang
audiensi tentang penurunan harga jual ikan dan macetnya keuangan hasil penjualan ikan, DPRD Rembang /Rembangkab.go.id

Portal Kudus - Menindaklanjuti surat dari Asosiasi Jaring Tarik Berkantong Rembang “Baita Adiguna” terkait permohonan audiensi tentang penurunan harga jual ikan dan macetnya keuangan hasil penjualan ikan, DPRD Rembang menggelar rapat kerja bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Rapat yang diadakan pada hari Rabu, 5 Juni 2024 pukul 10.00 WIB ini, dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Rembang, Supriadi Eko Praptomo.

Dalam audiensi tersebut, Ketua Paguyuban Nelayan Jaring Tarik Berkantong (JTB) Bhaita Adhiguna, Lestari Priyanto, menyampaikan bahwa sejak November 2023, harga ikan mengalami penurunan drastis sebesar 40-50%. Akibatnya, banyak kapal nelayan yang terpaksa dianggurkan karena tidak dapat menutupi biaya operasional.

Baca Juga: Pemkab Rembang Mulai Fokuskan Pencegahan Stunting pada Awal Juni ini

“Sebagian teman-teman kami yang mencoba melaut lagi sesudah Lebaran, hasilnya juga masih minus. Tidak mampu menutup operasional,” ujar Lestari. 

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula sejumlah perwakilan perusahaan pabrik pengolahan ikan kelas ekspor yang menampung ikan dari nelayan Kabupaten Rembang.

Mereka mengungkap permintaan ekspor tidak sebanyak tahun-tahun lalu, karena pengaruh perekonomian global serta persaingan harga ikan dengan Vietnam dan India yang lebih murah. Bahkan stok ikan sampai menumpuk di dalam gudang. Tapi jika penjualan lancar, dipastikan mereka siap membayar kepada pihak penyuplai.

“Misalnya menjelang hari raya kemarin, tempat penyimpanan kami sampai penuh. Bahkan harus mendatangkan kontainer kosong, untuk menampung ikan nelayan. Artinya apa, karena belum bisa terjual. Supplier juga kita datangkan ke pabrik untuk ngecek sendiri, supaya ada keterbukaan. Kita berharap ekspor naik, biar nelayan ikut menikmati,” kata perwakilan Star Food.

Hal senada diungkapkan perwakilan perusahaan lain, PT Kelola Mina Laut (KML) Tuban.

Penurunan ini semakin terasa sejak bulan September 2023 hingga bulan Juni ini. Tapi masih ada harapan, ketika bulan-bulan tertentu, permintaan akan kembali naik.

“September sampai sekarang yang kacau balau. Insyaallah pada bulan September, di negara tujuan masuk musim dingin, kita siapkan dari bulan Juli ini. Soal pembayaran ke supplier, kami siap bayar 100 %, kami tidak ngibul. Kami buka suplai ikan sebanyak-banyaknya,” tandas perwakilan dari KML.

Baca Juga: Kurangi Pengangguran, Pemkab Rembang Genjot Program Pelatihan Keterampilan Bagi Calon Tenaga Kerja

Melihat kondisi tersebut, Usep Suhendar, Katimja Direktorat Usaha Dan Investasi  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang turut hadir dalam audiensi tersebut menyarankan agar transaksi jual beli ikan dari nelayan kepada supplier, jangan hanya mengandalkan kepercayaan. 

Tapi harus ada bukti lebih jelas, sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Termasuk kalau terjadi masalah hukum, nelayan memiliki bukti.

“Ini kan bukan menitipkan barang, tapi menjual ikan. Di dalam setiap jual beli, harus ada hak dan kewajiban, dapat dipertanggungjawabkan. Adakah nota nya, adakah perjanjian tertulis. Kalau misalkan ada supplier kabur, bapak (nelayan) mau nuntut sama siapa,” pungkasnya.***

Editor: Kartika Kudus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah