Hipotiroid, Apakah itu? Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya Seperti Apa, Berikut Informasinya

17 Desember 2021, 10:33 WIB
Idap Hipotiroidisme, Baekhyun EXO Batal Wajib Militer dan Gantikan Perannya jadi Pekerja Sosial. //SM Entertainment

Portal Kudus – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  Hipotiroid adalah gejala kekurangan hormon tiroid, akibatnya penderita menjadi malas, mengantuk, kulit kering, dan tidak tahan dingin.

Kekurangan atau kelenjar tiroid yang kurang aktif, terjadi apabila kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup.

Artinya sel tubuh tidak mendapatkan hormon tiroid yang cukup untuk bekerja dengan baik dan metabolisme tubuh pun melambat.

Baca Juga: Tips Buat Pengusaha Pemula, Barang Dagangan Habis Uangpun Habis, Kenapa Bisa Begitu?

Baca Juga: 2 Kombinasi yang Bermanfaat Untuk Kesehatan Tubuh, Menurut dr. Zaidul Akbar

Hipotirodisme atau Hipotiroid lebih sering ditemui pada wanita lanjut usia. Umumnya, penyakit ini menimbulkan gejala yang tidak spesifik di tahap awal, misalnya kenaikan berat badan atau mudah lelah yang dianggap biasa terjadi seiring pertambahan usia.

Lama kelamaan seiring perkembangan penyakit, gejala tersebut akan makin berat.

Kelenjar tiroid adalah organ tubuh yang berbentuk seperti kupu-kupu, letak atau tempatnya pada bagian depan leher sebelah bawah, dirangkum portalkudus dari berbagai sumber.

Baca Juga: Tips Agar Cepat Pintar, Cara Ini Membantu dalam Mengasah Otak

Kelenjar ini melepaskan hormon,  fungsinya adalah mengendalikan metabolisme tubuh, sebagai cara yang dilakukan tubuh untuk menggunakan energi.

Peran dari tiroid ini adalah untuk mengatur beberapa fungsi dalam tubuh, antara lain denyut jantung, sistem saraf pusat dan perifer, berat badan, kekuatan otot, suhu tubuh, kadar kolestrol dalam darah, dan siklus menstruasi.

Apabila hormon tiroid ini tidak bekerja dengan normal, maka beberapa fungsi dalam tubuh akan berantakan.

Misalnya, perempuan yang mengidap gangguan tiroid siklus menstruasinya jadi tidak teratur.

Selain Hipotiroidisme ada juga Hipertiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi ketika jumlah hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid terlalu sedikit atau kekurangan hormon tiroksin.

Sebaliknya, apabila kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh hal ini disebut Hipertiroidisme.

 

Penyebab Hipotiroid

Berikut ini adalah penyebab Hipotiroid:

-       Penyakit autoimun
Pada penyakit ini, tubuh menghasilkan antibodi yang justru menyerang kelenjar tiroid, sehingga fungsinya terganggu.Penyakit autoimun, terutama penyakit Hashimoto, adalah penyebab hipotirodisme paling umum.

-       Pengobatan pada kelenjar tiroid
Radioterapi pada bagian leher dapat merusak sel-sel kelenjar tiroid, akibatnya kelenjar tersebut sulit untuk memproduksi hormon.

Selain itu, operasi tiroid juga menyebabkan hipotiroidisme.

-       Obat-obatan tertentu
Penggunaan beberapa jenis obat, seperti lithium, amiodarone, serta interferon, dapat menyebabkan hipertiroidisme.

Obat-obatan ini sering digunakan untuk gangguan mental, gangguan irama jantung, dan kanker.

Selain ketiga penyebab di atas, sejumlah kondisi berikut ini juga dapat menyebabkan hipotirodisme walaupun potensi kejadiannya lebih jarang :

-       Pola makan rendah yodium
Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan oleh kelenjar tiroid agar dapat memproduksi hormon.

Apabila yodium kurang, hal ini bisa menyebabkan hipotirodisme.

-       Kelainan bawaan
Kondisi ini disebut hipotiroidisme congenital, terjadi akibat beragam hal, mulai dari pola makan ibu hamil yang rendah yodium hingga faktor genetik.

Akibatnya ada beberapa bayi yang lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak berkembang sempurna, bahkan tanpa kelenjar tiroid.

-       Gangguan hormon TSH
TSH (Thyroid Stimulating Hormone) adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk membantu kelenjar tiroid dalam memproduksi dan melepaskan hormon. Gangguan pada hormon TSH akan memengaruhi produksi hormon tiroid. Penyakit yang dapat menyebabkan rendahnya hormon TSH antara lain adalah sindrom Sheehan dan tumor kelenjar hipofisis.

 

Gejala Hipotiroid

Gejala hipotirodisme sangatlah bervariasi, tergantung seberapa rendah kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Gejala tersebut meliputi:

-       Mudah lelah dan pusing.

-       Sembelit atau susah buang air besar.(susah berak)

-       Otot  terasa lemah, nyeri, dan kaku.

-       Lebih sensitif terhadap cuaca dingin.

-       Berat badan naik tanpa diketahui penyebab yang jelas

-       Kulit kering, kasar, mudah mengelupas, dan keriput.

-       Wajah bengkak dan suara menjadi parau.

-       Rambut sering rontok dan tipis.

-       Kuku rapuh.

-       Sering atau mudah lupa dan sulit berkonsentrasi.

-       Denyut jantung melambat (bradikardia)

Gejala-gejala tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba, berkembang cukup lambat, bahkan dalam hitungan tahun.

Itulah sebabnya gejala hipotiroidisme ini biasanya tidak langsung disadari.

Meski lebih sering dialami oleh wanita berusia lanjut, namun hipotiroid bisa juga diderita oleh siapa saja, termasuk bayi baru lahir (hipotiroidisme congenital).

Gejala hipotiroid pada bayi sedikit berbeda dengan orang dewasa, yaitu :

-       Sering kentut atau bersendawa (perut kembung).

-       Tidak mau makan dan jarang buang air besar (sembelit).

-       Tidurnya terlalu lama.

-       Tangan dan kakinya terasa dingin.

-       Lidah bengkak dan menjulur keluar

-       Agak rewel dan suara tangisannya parau.

-       Sulit bernapas.

-       Pertumbuhannya terhambat, berat badan rendah, dan berjalannya terlambat.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan yang paling utama adalah dengan mengusahan agar sistem kekebalan tubuh senantiasa terjaga dan dalam kondisi yang prima.

Selain itu, apabila kondisi gangguan karena efek nutrisi masih dapat dicegah dengan mengonsumsi cukup makanan beryodium.

Untuk pengobatan penyakit ini adalah dengan penggunaan hormon pengganti, yaitu levotiroksin.

Pada mereka yang menunjukkan gejala yang ringan atau tidak ada sama sekali, mungkin saja tidak memerlukan pengobatan.

Dosis hormon pengganti akan sangat bergantung pada masing-masing individu, ditentukan dengan cara melakukan pemeriksaan darah rutin.

Pada tahap awal akan diberikan dosis serendah mungkin kemudian ditingkatkan hingga tubuh memberi respons. Setelah dosis tepatnya diketahui, pemeriksaan rutin dapat menjadi setahun sekali.

Konsumsi levotiroksin dianjurkan pada jam yang sama setiap harinya.

Dosis obat harus tepat, jika berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti berkeringat, nyeri dada, sakit kepala, diare, dan muntah.

Biasanya seseorang yang menjalani metode ini harus mengonsumsi obat pengganti hormon seumur hidup.***

Editor: Sugiharto

Sumber: Dari Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler