Di antaranya, kisah Nabi Ibrahim yang awalnya menganggap bintang-bintang sebagai Tuhan, kemudian sadar bahwa bintang-bintang tersebut ternyata bukan Tuhan karena ia menghilang.
Hal ini terekam dalam Surat Al-An’am ayat 76:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
Artinya: Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: Inilah Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam.
Baca Juga: Kumpulan Gambar Ucapan Isra Miraj 2021 Cocok Dikirim untuk Sahabat Via Sosial Media IG, FB, WA
Selain itu, malam juga menjadi waktu dikabulkannya doa Nabi Yaqub AS sesuai firman Allah dalam surat Yusuf ayat 98.
Selain dua kisah tersebut masih ada beberapa kisah lagi yang menunjukkan kemuliaan malam dalam kehidupan para nabi sebelumnya.
Hal ini sekaligus juga sebagai bantahan untuk para filsuf yang menganggap bahwa malam merupakan waktu yang hina.
Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Dihyah sebagai berikut:
قال ابن دحية: ولإبطال قول الفلاسفة: إن الظلمة من شأنها الإهانة والشر