Portal Kudus – Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu umat muslim untuk mengerjakan banyak amalan, tak terkecuali bagi wanita haid. Lantas, ibadah apa saja yang dapat dilakukan wanita haid?
Wanita diberikan kodrat istimewa yaitu mengalami haid atau menstruasi. Biasanya wanita haid berlangsung selama 3 hingga 15 hari. Saat wanita haid, ia dilarang melakukan ibadah, seperti shalat, puasa, dan haji (pada saat thawaf). Namun ternyata ada juga ibadah lain yang dapat dikerjakan wanita yang tengah haid.
Berikut hadits Rasul terkait wanita haid:
Dari ‘Aisyah r.a., ia pernah berkata, “Aku pernah keluar, aku tidak ingin melakukan kecuali haji. Namun ketika itu aku mendapati haid. Lalu Rasulullah akhirnya mendatangiku sedangkan aku dalam keadaan menangis. Beliau berkata, “Apa engkau mendapati haid?” Aku menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Ini sudah jadi ketetapan Allah bagi kaum hawa. Lakukanlah segala sesuatu sebagaimana yang dilakukan orang yang berhaji kecuali thawaf keliling Ka’bah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Di bulan Ramadhan, wanita haid tidak diperbolehkan melakukan ibadah puasa. Lantas ibadah apa saja yang dapat dikerjakan wanita yang tengah berhalangan?
Berdoa dan berdzikir
Banyak ulama yang sepakat bahwa wanita haid boleh berdoa dan berdzikir. Wanita haid tetap dapat berdzikir dengan bacaan tahmid (alhamdulillah), tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), dan bacaan dzikir lainnya.
Rasul bersabda:
Dari Aisyah r.a, ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah setiap waktunya.” (HR. Muslim)
Membaca Al Quran
Amalan yang dapat dilakukan wanita haid di bulan Ramadhan lainnya yaitu membaca Al Quran. Syekh Muhammad Nashiruddin Albani dalam fatwanya mengatakan bahwa “Perempuan sedang haid, sedang juga laki-laki yang sedang junub boleh membaca Al Quran, bahkan menyentuh pun boleh, karena tidak ada larangan yang jelas. Kita tidak boleh mempersempit cakupan ibadah yang disyariatkan, termasuk shalat. Tetapi kemudian shalat dan thawaf dikecualikan, sehingga termasuk puasa bagi wanita yang haid.”
Waktu yang baik bagi orang yang hendak membaca Al Quran memang dalam keadaan suci dari hadas dan najis, serta berwudhu terlebih dahulu. Sebab, yang akan dibaca adalah wahyu Allah yang menjadi petunjuk hidup manusia. Namun, hal ini tidak berarti melarang wanita haid membaca Al Quran.
Tidak ditemukan hadis yang dapat dijadikan hujjah dan dapat dijadikan sebagai dasar hukumnya. Bahkan ada hadits shahih dari ‘Aisyah yang mengisyaratkan bahwa orang yang berhadas besar boleh membaca Al Quran. Hadits tersebut berbunyi “adalah Rasulullah SAW menyebut nama Allah dalam segala hal.” (HR. Muslim).
Mengikuti majelis ilmu dan kajian Islam
Imam al Albani pernah ditanya mengenai wanita haid yang mengikuti kajian di masjid, seperti apa hukumnya. Beliau menjawab “Ya, mereka boleh kajian di sana. Karena haid tidak menghalangi wanita untuk menghadiri majelis ilmu, meskipun di masjid. Karena masuknya wanita ke masjid di satu waktu, tidak ada dalil yang melarangnya.”
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, wanita haid tetap dapat mengejar amalan bulan Ramadhan dengan mengikuti majelis ilmu dan kajian islam.
Memberi makan orang yang puasa
Bagi wanita haid, memberi makan orang yang puasa juga dapat menjadi amalan bulan Ramadhan.
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Itulah tadi ibadah yang dapat dikerjakan wanita haid, terutama di bulan Ramadhan ini.***