BARU! CERAMAH Tentang Malam Lailatul Qadar 2022, Teks Kultum Singkat Keutamaan Malam Lailatul Qadar Terbaru

24 April 2022, 17:03 WIB
Ceramah tentang malam Lailatul Qadar 2022 terbaru, teks kultum singkat keutamaan malam Lailatul Qadar. /Pixabay.com/Bru-nO

Portal Kudus - Simak ceramah tentang malam Lailatul Qadar 2022 terbaru, teks kultum singkat keutamaan malam Lailatul Qadar. 

Apabila Anda sedang mencari inspirasi materi ceramah tentang malam Lailatul Qadar atau kultum singkat tentang keutamaan malam Lailatul Qadar, simak artikel ini selengkapnya.

Tersaji berikut ini kumpulan ceramah tentang malam Lailatul Qadar, teks kultum singkat keutamaan malam Lailatul Qadar. 

Baca Juga: CONTOH Kultum Malam Lailatul Qadar Terbaru 2022, Ceramah Singkat Tema Keutamaan Malam Lailatul Qadar Ramadhan

Baca Juga: DOA Menyebut Nama Seseorang di Malam Lailatul Qadar? Simak Bacaan Doa yang Dibaca saat Bertemu Lailatul Qadar

Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan 2022, topik malam Lailatul Qadar semakin banyak diulas dan terdengar. 

Begitu juga dalam materi ceramah atau kultum-kultum Ramadhan, banyak yang mulai mengangkat tema malam Lailatul Qadar. 

 

Berikut ini akan disajikan contoh kultum malam Lailatul Qadar terbaru 2022 yang bisa dijadikan inspirasi untuk ceramah. 

Baca Juga: LAFAL Niat Sholat Tasbih dan Tata Caranya Lengkap, Bacaan Arab dan Latin, Amalan Menjemput Lailatul Qadar

Adapun contoh kultum malam Lailatul Qadar yang disajikan di bawah ini ada 2 judul. Simak selengkapnya berikut:

Contoh kultum malam Lailatul Qadar 1

(oleh: A. Mahfud)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Alhamdulillah. Assalatu wassalamu ala rasulillah, wa ala alihi wasahbihi wamawwalah. Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.

Sepuluh hari terakhir Ramadan menjadi momentum penting bagi kita untuk semakin memaksimalkan ibadah.

Baca Juga: Idulfitri 1443 H: Kapan Malam Takbiran 2022? Cek Tanggal Berapa Takbiran 2022: Pemerintah, NU, Muhammadiyah

Ibarat seorang pelari yang semakin menambah kecepatan ketika mendekati garis finish, memaksimalkan ibadah dan amal saleh di hari-hari terakhir Ramadan menjadi upaya kita untuk melengkapi bulan suci ini agar penuh dengan amal kebaikan.

Jika kita merasa belum maksimal dalam membuka Ramadan kali ini, maka menutup Ramadan dengan ibadah semaksimal mungkin adalah pilihan yang tepat. 

Terlebih, seperti kita ketahui bersama, hari-hari terakhir Ramadan penuh dengan kemulian dan keistimewaan.

Di dalamnya, ada satu malam yang selalu dicari-cari oleh umat Islam di sepuluh hari terakhir Ramadan, yakni malam Lailatul Qadar.

Keistimewaan malam Lailatul Qadar dikarenakan berbagai hal. Ilya Ali Ubaid dalam bukunya Ensiklopedia Pahala (2016), menjelaskan bahwa Lailatul Qadar merupakan malam yang Allah pilih khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt. menjadikannya malam yang paling agung dan paling utama karena Al Quran, kitab suci umat Islam turun pada malam tersebut. 

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qadar: 1, “Sesungguhnya Kami sudah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Kamudian di QS. Al-Qadar: 3 “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.

Beribadah pada malam tersebut, entah dengan salat, tadarus Al Quran, berzikir, bersedekah, berdoa, lebih utama daripada beribadah selama seribu bulan. Artinya, beribadah pada malam Lailatul Qadar lebih utama daripada beribadah selama 83 tahun. Sungguh jumlah waktu yang panjang.

Andaikan umur kita sampai di angka tersebut, maka ibadah yang kita lakukan di malam Lailatul Qadar saja dianggap sudah cukup mengimbanginya.

Keistimewaan malam Lailatul Qadar juga diikarenakan banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Di buku Pesona Ibadah Nabi (2015), Ahmad Rofi Usmani menjelaskan, di malam Lailatul Qadar, Allah memerintah malaikat Jibril turun ke bumi bersama serombongan malaikat yang membawa bendera hijau dan menancapkannya di puncak Ka’bah.

Jibril memiliki seratus sayap, dua sayap di antaranya tidak pernah dibentangkan kecuali malam itu, lalu Jibril membentangkan sayapnya sehingga menutupi timur dan barat. Malaikat-malaikat akan berjabat tangan dengan rombongan Jibril dan mengamini doa mereka hingga fajar terbit.

Di tengah kemulian malam Lailatul Qadar, di tengah banyaknya malaikat yang turun ke bumi, Allah Swt. melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada siapa saja yang berdoa dan memohon kepada-Nya.

Malam Lailatul Qadar pun menjadi malam mulia penuh ampunan. Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang beribadah pada malam lailatul qadar dengan iman dan harapan maka diampunilah dosanya yang telah berlalu” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Betapa berharganya beribadah, berdoa, dan beramal di malam Lailatul Qadar. Malam yang hanya datang sekali setahun tersebut jelas sayang jika dilewatkan begitu saja.

Namun, kedatangan malam seribu bulan tersebut dirahasiakan. Rasulullah Saw memberi informasi agar kita mencari malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan. 

Di antara sepuluh hari terakhir tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar besar harapan turunnya pada malam ke-27 Ramadan.

Karena datangnya dirahasiakan, sudah semestinya kita bersungguh-sungguh untuk menyambut malam Lailatul Qadar, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Menyambut dalam arti mempersiapkan diri untuk “siap” menerima berkah, rahmat, dan ampunan Allah. Untuk bisa siap menerima limpahan berkah tersebut, jelas sebagai seorang Muslim kita mesti memperbanyak intensitas ibadah dan amalan yang bisa mendekatkan diri kita pada Allah Swt.

Meski kita tahu hari-hari terakhir Ramadan lekat dengan malam penuh ampunan dan kemuliaan, kita mesti mengakui bahwa godaan di hari-hari terakhir Ramadan di saat bersamaan kian menguat.

Di hari-hari terakhir Ramadan jelang lebaran, betapa perhatian banyak orang sudah bergeser dari ibadah ke aktivitas-aktivitas lain, terutama aktivitas berbelanja dan mempersiapkan berbagai hal untuk lebaran.

Pusat-pusat perbelanjaan bisa dipastikan penuh sesak di saat-saat seperti ini. Orang-orang sudah mulai mempersiapkan lebaran dengan berbelanja. Baik pakaian, makanan, dan lain sebagainya.

Mereka yang sibuk mempersiapkan lebaran belum tentu menjadi berkurang ibadahnya. Namun, harus diakui bagi sebagian orang aktivitas berbelanja dan kesibukan mempersiapkan berbagai keperluan lebaran memengaruhi intensitas beribadah di hari-hari terakhir Ramadan.

Akibatnya, tak jarang masjid-masjid yang pada awal Ramadan ramai oleh salat jamaah, tarawih, tadarus, dan kegiatan-kegiatan keagamaan, jelang hari-hari terakhir Ramadan mulai nampak berkurang, bahkan mulai sepi.

Di sinilah tantangan atau godaan yang kita hadapi dalam memaksimalkan ibadah di akhir bulan suci. Terlebih, jika kita mengharapkan mendapatkan kemuliaan dan keberkahan malam Lailatul Qadar, godaan-godaan tersebut mesti bisa kita atasi sehingga kita bisa benar-benar fokus mendekatkan diri pada illahi.

Untuk bisa mendapatkan atau siap menerima limpahan rahmat dan ampunan Lailatur Qadar, kita mesti mempersiapkan diri dengan baik, baik secara fisik, maupun batin.

Secara fisik, agar tubuh tidak terasa berat, baiknya di sore hari kita berbuka puasa dengan makanan secukupnya, sehingga badan terasa ringan untuk beribadah di malam hari.

Ketika malam tiba, di samping salat jamaah, sebaiknya kita memperbanyak ibadah, berzikir kepada Allah, sehingga batin kita siap menerima limpahan kemuliaan dan ampunan malam Lailatul Qadar.

Di sini, i’tikaf di masjid menjadi penting untuk menepi dari keramaian dan fokus menghadapkan diri hanya kepada Allah Swt Sang Pencipta.

Dengan bersungguh-sungguh beribadah, kita berharap bisa mendapatkan berkah dan kemuliaan yang datang menyertai malam Lailatul Qadar.

Demikian yang bisa saya sampaikan. Apabila ada kesalahan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirul kalam, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh kultum malam Lailatul Qadar 2

Dilansir dari laman resmi Kemenag.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Alhamdulillah. Assalatu wassalamu ala rasulillah, wa ala alihi wasahbihi wamawwalah. Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.

Dalam beberapa hari ke depan, kita ummat Islam akan memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan. Pada rentang waktu itulah kita dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar. Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan, atau 83 tahun.

Sangat wajar apabila kita ingin berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar. Alasannya sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar ayat 3 dinyatakan bahwa,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada seribu bulan.

Dengan pertimbangan itulah ummat Islam di mana tempatnya sangat menantikan Lailatul Qadar.

Hanya saja, bulan Ramadan tahun ini kita masih dalam suasana pandemi Covid-19. Kalau dalam kondisi normal kita dapat melakukan i’tikaf di masjid, maka dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa leluasa seperti biasa.

Apabila pada dua tahun sebelumnya kita boleh berbondong-bondong dan menghabiskan waktu beribadah di dalam masjid, untuk Ramadan tahun ini kita dibatasi dan wajib menjaga jarak sesuai protokol kesehatan.

Akan tetapi di balik kondisi seperti sekarang ini, kita justru harus banyak-banyak menyelipkan doa menyambut Lailatul Qadar; baik di masjid maupun mushalla sekalipun waktunya terbatas, di rumah kita, di tempat kerja dan usaha kita, maupun dalam keterbatasan ruang gerak kita untuk beribadah kepada Allah Swt.

Semoga virus Corono cepat lenyap, musibah pandemi ini cepat berlalu dan situasi normal nyata-nyata terjadi di bumi ini, agar kita dapat beribadah dan berjamaah secara khusu’.

Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan yang untuk dirayakan. Kalau ummat Islam mau merayakan satu malam, maka bukankah sudah ada malam bersejarah yang lebih pasti?!, Misalnya “Malam Isra’-Mi’raj” atau “Malam Nuzulul Qur’an” yang sudah dikalenderkan.

Malam Lailatul Qadar juga bukan menjadi malam penentuan, sekalipun dari segi namanya menggunakan lafal “al-qadar”. Penentuan nasib manusia, rejekinya, umurnya, dan hal-hal lainnya sudah ada waktu khusus yang disebut “Nisfu Sya’ban”; di mana kita biasa bermunajat kepada Allah agar diberikan yang terbaik pada malam tersebut.

Semangat Ummat Islam menyambut Lailatul Qadar semata-mata karena kemuliaan malam tersebut yang secara runtut dijelaskan di dalam Surat al-Qadar ayat 1 - 5. Allah berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ. تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ. سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. 2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. 4) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. 5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Keterangan bahwa Al-Quran diturunkan pada waktu malam tidak hanya disebutkan dalam surat al-Qadar. Ada juga keterangan dalam Surat ad-Dukhan ayat 3. Allah berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

3) sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.

Sama-sama menjelaskan peristiwa turunnya al-Qur’an, tetapi dalam satu ayat disebut Lailatin Mubarakatin sementara dalam satu Surat disebut Lailatul Qadar. Kita ummat Islam lebih condong kepada Lailatul Qadar! Karena Lailatul Qadar bukanlah pengkalenderan malam turunnya al-Quran.

Lebih dari itu ada hal menarik pada surat al-Qadar, yaitu ketika terjadi pengulangan kata dalam bentuk pertanyaan; “Tahukah kamu Lailatul Qadar?

Pertama, Lailatul Qadar keutamaannya melebihi 1000 malam.

Kedua, pada Lailatul Qadar para malaikat yang masing-masing memiliki tugas khusus yang berhubungan dengan urusan manusia, termasuk malaikat Jibril, turun semua ke bumi.

Mereka membawa kedamaian dan keselamatan serta memohonkan ampunan untuk ummat Islam, sampai terbit fajar.

Gambaran Surat al-Qadar mengenai keutamaan Lailatul Qadar inilah yang membangkitkan semangat ummat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadan.

Sebab, kapan Lailatul Qadar, terselubung penuh misteri! Adapun prediksi yang dikemukakan para ulama, itu hanya bersifat takwili atau apologi.

Misalnya, ada yang membuat patokan Lailatul Qadar terjadi setiap 27 Ramadan. Hal ini karena dalam perhitungan jumlah kata pada Surat al-Qadar terdapat 30 kata dan 114 huruf: menyerupai jumlah juz al-Quran dan pembagian surat al-Quran.

Sementara lafal “HIYA” (Hatta Math’alil fajr) --yakni dhomir yang menunjuk langsung “Lailatul Qadar”-- adanya pada urutan ke-27 dari total 30 kata dalam Surat al-Qadar.

Sekalipun demikian, tidak ada anjuran bahwa kita cukup beribadah di malam tertentu seperti malam 27 Ramadan saja. Melainkan di 10 malam terakhir bulan Ramadan, kita justru dianjurkan untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt guna menyambut Lailatul Qadar.


Kebiasaan ummat islam di dunia untuk menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadan adalah dengan cara beri’tikaf. Ibadah ini merupakan ajaran yang dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Saw.

Dari Siti Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melakukan I’tikaf pada 10 terakhir Ramadan semenjak beliau menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.

Beri’tikaf merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Kita berupaya untuk taat beribadah kepada Allah Swt sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin berpaling dari-Nya.

Seolah-olah kita berdiri di depan pintu rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah Swt.

Dikarenakan pada saat ini, kita masih dalam suasana pandemi, beri’tikaf di masjid kemungkinan akan dibatasi untuk menghindari kerumunan jamaah. Beri’tikaf walaupun hukumnya sunnah muakkadah tetapi bersifat kifaiyyah atau cukup dilakukan beberapa orang saja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syekh Mahmud Syaltut dalam Kitab Min Taujihat al-Islam.

Paling utama, menurut beliau, ada tiga fungsi peribadatan di dalam memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan. Pertama, wujud syukur kita kepada Allah Swt yang telah menurunkan al-Qur’an di bulan Ramadan sebagai petunjuk (Huda) dan penerang (bayyinat) bagi umat manusia. Kedua, menambatkan jiwa kepada hal yang dapat mengokohkannya dan mampu menguatkan rohaninya. Ketiga, menaikkan jiwa ke makom (kedudukan) tertinggi selayaknya golongan malail a’la.

Oleh sebab itu, dalam situasi keterbatasan melakukan peribadatan di masjid, kita dapat memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan di rumah masing-masing. Perbanyaklah membaca al-Qur’an di rumah; selain sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci di bulan Ramadan, juga dalam rangka menyinari rumah kita dengan al-Qur’an.

Perbanyaklah berzikir dan bersalawat supaya terikat jiwa-jiwa kita dan mereka untuk lebih cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw. Ajaklah anggota keluarga kita untuk berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat kita dan dijadikan kita semuanya termasuk golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi-Nya. Amiin.

Akhirul kalam, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian ceramah tentang malam Lailatul Qadar 2022 terbaru, teks kultum singkat keutamaan malam Lailatul Qadar.***

Editor: Al Mahfud

Tags

Terkini

Terpopuler