Dinamika Konflik di Laut China Selatan Terhadap Kedaulatan Negara Indonesia

- 14 Mei 2024, 15:42 WIB
ilustrasi laut.
ilustrasi laut. /Kellie Churchman/pexels.com/@kellie-churchman

Portal Kudus - Konflik Laut China Selatan telah meningkat menjadi titik fokus perhatian global karena signifikansi strategisnya dan jaringan klaim teritorial yang kompleks oleh China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. Wilayah ini tidak hanya penting untuk rute perdagangan internasional tetapi juga kaya akan sumber daya alam, menjadikannya sarang ketegangan geopolitik.

Bagi Indonesia meskipun tidak terlibat langsung dalam klaim teritorial utama, dinamika konflik di Laut China Selatan menimbulkan berbagai ancaman terhadap kedaulatan dan integritas teritorialnya, terutama di wilayah Kepulauan Natuna yang kaya akan sumber daya alam.

Latar belakang sejarah perselisihan Laut China Selatan mengungkapkan pola klaim tumpang tindih yang telah diperburuk oleh kepentingan nasional dan nilai strategis wilayah.

Baca Juga: EKSISTENSI Industri Mebel Jepara Kualitas Bahan Terbaik Ciptakan Produk Lokal Sukses Bersaing di Pasar Global

China mengklaim kedaulatan lebih dari 70% Laut China Selatan "sembilan garis putus-putus" (nine-dash line), termasuk semua pulau, berdasarkan sembilan garis putus-putus yang samar-samar. Klaim teritorial adalah sumber utama konflik di wilayah tersebut. Klaim ini seringkali bertentangan dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.

Perselisihan ini menimbulkan tantangan langsung terhadap stabilitas regional dan kedaulatan Indonesia, terutama mengenai Kepulauan Natuna. Tanggapan Indonesia adalah meningkatkan kemampuan keamanan maritim dan terlibat dalam diplomasi regional melalui ASEAN, yang bertujuan untuk menengahi dan mengelola perselisihan untuk mencegah eskalasi ke konflik bersenjata.

Potensi konflik di Laut China Selatan, terutama antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China, menempatkan negara-negara non-penuntut seperti Indonesia dalam dilema keamanan, yang memerlukan strategi keseimbangan kekuatan untuk melindungi kedaulatannya atas Natuna.

Turbulensi geopolitik dan persaingan AS-China di kawasan ini menggarisbawahi dinamika lingkungan strategis, mendorong Indonesia untuk meningkatkan kemampuan militernya dan terlibat dalam strategi pertahanan untuk melindungi kepentingannya.

Sikap asertif Indonesia terhadap klaim China, termasuk kebijakan Garis Sembilan Dash yang mempengaruhi Laut Natuna, mencerminkan upayanya untuk menegaskan kedaulatan dan terlibat dalam langkah-langkah diplomatik dan militer untuk melawan hegemoni Tiongkok.

Halaman:

Editor: Ahmad Khakim

Sumber: everant.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah