Menengok Sejarah Filosofis Lebaran Kupat setelah Idul Fitri 2021, Mengikuti Tradisi juga Memaknai Lebih Inti

16 Mei 2021, 11:29 WIB
Ilustrasi ketupat lebaran /freepik.com

Portal Kudus - Setelah satu bulan melaksanakan Puasa Ramadhan dalam adat Jawa, ada istilah 'bakda' dua, 'bakda lebaran dan bakda kupat.

Bakda dalam bahasa arab berasal dari kata بعد yaitu berarti setelah. Jadi Bakda Lebaran adalah Hari Raya Idul Fitri dimana seluruh umat Islam diharamkan untuk Puasa.

Bakda Kupat merupakan hari raya bagi yang melaksanakan puasa Syawwal selama enam hari, dilaksnakan tanggal dua sampai delapan Syawwal.

Baca Juga: Makna Lebaran Ketupat 2021 atau 1442 Hijriyah, Lebaran Puasa Syawal Penuh Hikmah

Menurut Orang Jawa lebaran yang dirayakan bukan hanya Lebaran Idul Fitri saja, tetapi ada lebaran lain yang dirayakan seperti Lebaran Ketupat.

Atau istilah lain yang terkenal adalah 'Kupatan', dimana lebaran tersebut banyak diisi dengan selametan makan kupat bersama di mushola dan masjid terdekat.

Dikutip Portal Kudus dari nu.online.or.id memaparkan sejarah dari Lebaran Ketupat itu sendiri, dengan detail dan lengkap.

Baca Juga: Contoh Undangan Reuni lewat WA, Kata-Kata Undangan Reuni via WhatsApp Terbaru 2021 Bahasa Formal dan Santai

 Kupat merupakan semacam wadah berbentuk kotak unik berbahan janur yang dianyam sedemikian rupa.

Untuk membuatnya memang gampang-gampang susah dan pastinya perlu ketelatenan.

Seperti kebudayaan-kebudayaan Jawa Islam lain, kupatan memiliki nilai-nilai filosofis.

Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran ketupat adalah satu minggu setelahnya (8 Syawal).

Baca Juga: Ikrar Halal Bihalal Bahasa Jawa 2021 Terbaru, Teks Ikrar Syawalan 1442 H Acara Keluarga Desa RT Organisasi

Tradisi Lebaran ketupat diselenggarakan pada hari ke delapan bulan Syawal setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari.

Hal ini berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk berpuasa sunnah 6 Hari di bulan Syawal.

Dalam sejarahnya, Lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, saat itu, beliau memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Baca Juga: Susunan Acara Halal Bihalal Virtual, Contoh Konsep Acara Halal Bihalal Online yang Menarik di Masa Pandemi

Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan shalat Ied satu Syawal hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Pada hari itu, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat, yaitu jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong, kemudian dimasak.

Baca Juga: Ucapan Lebaran Idul Fitri 2021 Tiga Bahasa, Happy Eid Mubarak Ucapan Selamat Hari Kemenangan 1 Syawal 1442 H

Setelah masak, ketupat tersebut diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Bukan hanya sekadar lebaran biasa, tetapi Lebaran Ketupat menjadi lebaran yang syarat akan pembelajaran.

Dikutip dari Tebuireng.online memberikan penjelasan filosofis dari Lebaran Ketupat.

Kupat

Memiliki makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Semua manusia tentu punya kesalahan dan tidak pernah luput dari dosa, karena manusia adalah tempatnya salah. Namun sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya,

Selain dari komponen yang ada, 'Kupat' memiliki makna lain yang unik dan begitu kuat. Berikut pembahasan lengkapya

Bahan 'Janur'

Janur mempunyai makna filosofis Jawa yang merupakan kepanjangan dari 'sejatine nur', melambangkan seluruh manusia dalam kondisi bersih dan suci setelah berpuasa.
Selain itu menurut Orang Jawa, Janur memiliki maka menolak bala atau sesuatu hal yang buruk. Maka dari itu sering 'Kupat' sering digantungkan di dekat pintu.

Baca Juga: Lirik Takbiran Idul Fitri 2021, serta Teks Kalimat Takbir versi Pendek dan Panjang saat Malam Lebaran 1442 H

Anyaman Ketupat

Bentuk ketupat yang berupa anyamaan janur sangat terlihat rumit dan sulit, memiliki arti bahwa sejatinya hidup manusia tidak berjalan mulus begitu saja.
Ada lika-liku dan cobaannya, pastilah ada kesalahan dan kekhilafan yang dibuat di dalam proses kehidupannya.

Bentuk Segi Empat

Kupat memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia yaitu al amarah atau nafsu emosional.
Al Lawwamah atau nafsu memuaskan lapar.
Supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah.
Mutmainnah atau nafsu untuk memaksa diri.

Orang yang memakan 'Ketupat' menggambarkan makna bahwa telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

Sedangkan dari isi ketupat yaitu 'Beras'

Menyimpan makna sebagai bentuk harapan agar kehidupan yang dijalani dipenuhi dengan kemakmuran dan kesejahteraan.

Baca Juga: Sambutan Halal Bihalal Pimpinan Perusahaan, Contoh Sambutan Bos di Acara Halal Bihalal Perusahaan Terbaru

Selanjutnya isi ketupat saat dibelah akan dijumpai warna putih, yang mencerminkan permohononan maaf atas segala kesalahan dan juga bisa kembali bersih dan suci putih seperti isi ketupat.

Terakhir teman makan 'Ketupat' yaitu 'Sayur Cecek' dan berbaha 'Santen', maknanya adalah pangapunten atau permohonan maaf atas segala kesalahan.

Maka dari itu muncul istilah 'Mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten' artinya 'Makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.'.***

Editor: Azkaa Najmuts Tsaqib

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id

Tags

Terkini

Terpopuler