Hama Utama Tanaman Porang, Masih Menjadi Obyek Penelitian Bagi Kementrian Pertanian

- 19 Desember 2020, 23:57 WIB
Panen porang berukuran besar.
Panen porang berukuran besar. /Youtube @AdyAnakDesa

Portal Kudus – Tanaman Porang atau bahasa latinnya Amorphophallus Muelleri Blume, merupakan tanaman jenis umbi-umbian. Tanaman ini toleran terhadap naungan hingga 60%, biasanya tanaman ini ditumpang sari dengan pohon yang masa panen menahun.

Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Sementara, pembibitan porang dapat dilakukan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) dan biji (dari bunga) yang ditanam secara langsung.

Diberitakan pada pasar ekspor, porang banyak dicari sebagai bahan makanan dan industri obat juga kecantikan sehingga harga porang pun menjadi sangat menjanjikan bagi petani, dilansir portalkudus dari pemberitaan Kementrian Pertanian.

Baca Juga: Update Sepekan Gunung Merapi, Status SIAGA Tetap Berlaku Hingga Pengosongan Wilayah Selauh 5 KM

Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo saat ini memang menggenjot pengembangan porang sebagai komoditas ekspor. Namun proses budidaya tanaman porang ini tidak mulus, sebagai tanaman budidaya yang baru diminati.

Tanaman porang belum memiliki daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama pada tanaman tersebut, tentunya pestlist OPT menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Hal ini terkait dengan antisipasi serangan dan pengendalian OPT yang tepat pada tanaman tersebut. Mengingat pentingnya hal ini, Kementan ke kawasan budidaya porang untuk meneliti lebih lanjut OPT yang menyerang tanaman tersebut.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Kalau Nanti Dari BPOM Sudah Memberikan Izin Vaksinasi Disuntikkan, Besok Langsung D

Dari keterangan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, hari Sabtu 9 Desember 2020. Menuturkan saat ini ada 20.000 hektare lahan di Indonesia yang ditanami porang.

“Porang ini sudah diekspor ke 16 negara. Ekspor porang terbesar kita ada di China, Thailand, dan Vietnam dalam bentuk chips, tepung dan lainnya. Pada tahun 2020, sebanyak 19.800 ton porang diekspor dengan nilai Rp880 miliar,” katanya.

Ditambahkan Suwandi, porang merupakan komoditas tanaman baru yang potensial untuk dikembangkan. Banyak produk yang menggunakan bahan dasar porang seperti produk farmasi, tepung, pangan, dan lainnya.

Baca Juga: Libur Natal dan Tahun Baru Dirumah Saja, Kalau Tidak Ingin di Rapid Test Antigen-Swab

Sehingga BBPOPT beserta Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, bergerak cepat dengan mengirim tim pestlist OPT porang ke beberapa provinsi antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan dan NTT.

Tim turun ke lapangan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel kemudian dibawa ke laboratorium pengujian di BBPOPT untuk diidentifikasi lebih lanjut baik yang berupa hama maupun penyakit.

Menanggapi hal tersebut, POPT BBPOPT Cahyadi Irwan dan Rista Susanti selaku tim pestlist untuk daerah Banten beserta Kortikab Kabupaten Serang dan Petugas BPSB didampingi oleh penyuluh dan POPT setempat telah melakukan pengamatan pada pertanaman porang di Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Mancak di Kabupaten Serang serta Kecamatan Bayah di Kabupaten Lebak.

Baca Juga: Mau Berpergian? Simak Harga Rapid Test Antigen-Swab, Berlaku Setelah 18 Desember 2020

Untuk sementara OPT yang berhasil didata baik dari pengamatan langsung maupun informasi petani setempat yaitu ulat, belalang, siput, bercak daun, sunburn symptom (layu terbakar matahari), busuk batang dan jamur pada umbi.

“Untuk sampel ulat dan bercak daun bergejala telah kami dapatkan dan kami bawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut. Ulat yang di dapat ada dua jenis berwarna hitam totol kuning dan hijau dengan tanduk di bagian ekor. Ulat ini juga ditemukan di pertanaman porang wilayah Purwakarta dan Ciamis. Sampel lain tentunya akan terus dikumpulkan teman-teman di lapangan,” papar Rista.

Menurut informasi petani di Desa Kaduagung, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Serang, siput juga menjadi hama bagi tanaman porang karena siput tersebut berjalan pada tanaman lalu meninggalkan jejak dan jejak tersebut dapat membuat bagian tanaman menjadi busuk berair.

Selain itu ditemukan juga gejala tanaman dengan daun menggulung dan layu serta rebah dimungkinkan karena faktor abiotik yaitu paparan sinar matahari yang terlalu tinggi karena tidak ada naungan tegakan tanaman lain disekitar. Diketahui bahwa tanaman porang ini toleran terhadap naungan sampai 60%.

POPT BBPOPT Cahyadi Irwan menginformasikan juga bahwa petani di Desa Sangiang, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang bahwa telah melakukan pemanfaatan Trichoderma sebagai upaya pengendalian OPT.

“Kami juga mendapatkan informasi dari petani di Desa Sangiang, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang bahwa telah melakukan pemanfaatan Trichoderma sebagai upaya pengendalian OPT. Hal ini tentunya kami dukung dan BBPOPT siap membantu penyediaan isolat APH atau Agen Pengendali Hayati dalam pengendalian OPT mengingat bahwa ekspor memiliki standar yang ketat terutama mengenai residu kimia dari komoditas,” tambah Irwan.***

Editor: Sugiharto

Sumber: Kementan RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah