Materi Ajar Bahasa Jawa : Sebelas Tembang Macapat dan Jenis-jenisnya!

- 9 Maret 2022, 21:41 WIB
ilustrasi belajar.
ilustrasi belajar. /
Portal Kudus - Tembang macapat merupakan salah satu jenis tembang yang terikat oleh guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Guru lagu dalam tembang macapat adalah jumlah baris dalam setiap bait. Guru wilangan adalah jumlah suku katanya atau disebut cacahing wanda. Sedangkan guru gatra adalah jatuhnya vokal di akhir baris. 
 
Tembang macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, dan memiliki aturan-aturan penulisan khusus dalam membuatnya. Aturan khusus tersebut biasa disebut sebagai wawaton atau patokan. 

Dikutip oleh PortalKudus.com dari buku berjudul "Asal Usul Orang Jawa", asal-usul tembang macapat masih dalam perdebatan. Tembang macapat diketahui ada sejak masa-masa akhir kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam di Jawa. Pada jaman Walisongo, tembang macapat banyak digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa macapat sudah ada sebelum kedatangan Islam, khususnya di Jawa Timur dan Bali.
 
 
Menurut pakar budaya Jawa, Poerbatjaraka dan Zoetmulder, macapat sebagai puisi asli Jawa lebih tua usianya dari pada kakawin. Di Jawa Tengah, khususnya Solo tembang tembang macapat banyak digunakan dalam serat-serat dan kesusastraan Jawa.
 
Serat-serat tersebut berisi tentang berbagai ajaran budi pekerti, dongeng, cerita wayang, permainan, doa dan mantra. Kata-kata dalam tembang macapat sebagian besar merupakan bahasa Jawa baru yang disisipi dengan bahasa Jawa Kuno. Berikut merupakan 11 tembang macapat penjelasannya :

1. Maskumambang

Maskumambang menjadi pertanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), juga sering disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut).

2. Mijil

Tembang Mijil menggambarkan awal hadirnya manusia di dunia ini yakni, seorang anak yang terlahir dari gua garba. Nama lain Mijil dalam bahasa Jawa adalah wijil, wiyos, raras, medal, dan sulastri yang berarti keluar.

Baca Juga: Soal UTS IPS Kelas 8 Semester 2 dan Kunci Jawaban Kurikulum 2013 SMP MTs Terbaru 2022 Download Di sini

 
3. Kinanti

Kinanthi banyak diyakini berasal dari kata dikanthi kanthi (diarahkan, dibimbing, atau didampingi).

4. Sinom

Dalam bahasa Jawa sinom biasanya digunakan untuk menyebut daun asam yang masih muda, beberapa kalangan mengartikan Sinom sebagai si enom, isih enom (masih muda).

5. Asmaradana

Macapat Asmaradana merupakan salah satu tembang yang banyak menggambarkan gejolak asmara yang dialami manusia. Sesuai dengan arti kata, Asmaradana memiliki makna; asmara dan dahana yang berarti api asmara.

6. Gambuh

Jika merujuk dari Bausastra Jawa, Gambuh berarti kulina (sudah terbiasa), wis lantih (sudah terlatih), namun ada juga yang memaknai Gambuh sebagai sebuah kecocokan (dari kata "jumbuh").

7. Dhandhanggula

Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang yang berarti burung gagak yang melambangkan duka, dan dari kata gula yang terasa manis sebagai lambang suka. Kebahagiaan dapat dicapai setelah sebuah pasangan dapat melampaui proses suka duka dalam berumah tangga.
 
Baca Juga: Download Soal PTS Kelas 1 SD Bahasa Inggris Semester 2 Kurikulum 2013 Lengkap dengan Kunci Jawaban

8. Macapat Durma

Sifat-sifat buruk digambarkan tembang macapat Durma. Durma bagi beberapa kalangan diartikan sebagai munduring tata krama (mundurnya etika), namun ada juga yang berpendapat berasal dari kata dermayang berarti suka berbagi rezeki pada orang lain.

9. Pangkur

Pangkur yang juga berarti mungkur (mundur atau mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa manusia mempunyai fase di mana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan menuju kehidupan jiwa atau spiritualnya.

10. Megatruh

Megatruh merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan tentang kondisi manusia di saat sakaratul maut. Kata megatruh sendiri dipercaya berasal dari kata megat atau pegat (berpisah) dan ruh, il yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raja.

11. Pucung

Badan wadag yang telah ditinggalkan oleh ruhnya biasanya akan dirawat dan disucikan sebelum ia dikembalikan dari asalnya yaitu rahim ibu pertiwi (tanah). Jasad akan dimandikan dan dibungkus dengan kain mori putih sebagai lambang kesucian.
 
Demikianlah informasi mengenai sebelas tembang macapat dan penjelasannya. Semoga informasi mengenai tembang macapat dapat bermanfaat dan berguna.***

Editor: Candra Kartiko Sari

Sumber: Buku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x