Menjadi Muslim Korea di Negara Minoritas Muslim, Prinsip Daesik Choi Patut dijadikan Contoh

- 3 Februari 2021, 20:40 WIB
ilustrasi muslim
ilustrasi muslim /tangkapan layar/iG @everydaesik

Portal Kudus – Menjadi orang muslim di Negara yang jumlah muslimnya masih minoritas tentunya tidak mudah untuk beradaptasi.

Begitupun bagi muslim yang tak lain adalah pribumi dari negara tersebut. seorang muslim Korean membagikan kisahnya yang inspiratif dalam akun Youtube Sanghoya.

Sanghoya adalah Youtuber Korea yang bisa berbahasa Indonesia dan mengisi konten Youtube-nya juga dengan percakapan menggunakan bahasa Indonesia.

Baca Juga: 4 Hal Ini Sebelum Menikah Dengan Orang Korea, Yannie Kim Mengulasnya Dichannel Youtubnya Berikut Tipsnya

Konten Youtube Sanghoya yang berjudul Q & A Kehidupan Orang Muslim Korea dengan mengajak seorang mu’alaf, Daesik Choi yang sudah menjadi muslim Korean sejak usia 13 tahun.

Daesik Choi menceritakan kisah perjalanannya menjadi seorang muslim yang berawal dari ketertarikannya pada agama Islam.

Sejak kecil Daesik mengenyam pendidikan di sekolah international dan bertemu banyak teman-teman muslim dari berbagai negara.

Baca Juga: Free Fire Update Service Maintenance 4 Februari 2021,Akan Ada Hadiah Menarik Dari Login

Tetapi pada saat itu Daesik tidak punya rasa penarasan terhadap Agama Islam, melainkan sebatas mengetahui bahwa muslim memiliki waktu beribadah dan menggunakan hijab.

Ketertarikan Daesik pada Agama Islam bermula ketika Ibu lebih dulu menjadi mu’alaf. Ibu Daesik adalah seorang enterprenuer yang punya banyak berbisnis dan akhirnya memiliki teman orang muslim.

“Aku memiliki rasa keingintahuan terhadap HAM, cara hidup, kondisi masyarakat dan negaranya,” kata Daesik menjawab pertanyaan Sanghoya mengenai momen besar yang menjadikannya yaqin masuk Islam.

Daesik menemukan jawaban dari  keingintahuannya terhadap hal-hal tersebut ketika mempelajari Agama Islam.

Karena dulunya Desik memiliki pandangan buruk terhadap Agama Islam dan menganggap perempuan muslim tidak diberi kebebasan untuk memiliki hak.

Tetapi Daesik sadar bahwa pandangan buruknya terhadap islam hanya berdasarkan berita negatif dari media.

“Karena aku tidak memiliki banyak informasi  terkait hal itu, tapi aku memiliki teman muslim di sekitarku, jadi aku bertanya kepada mereka mengenai kebenarannya,” ujar Daesik.

Sejak saat itu, Daesik merasa malu karena pernah memperlakukan dan berfikiran negatif terhadap muslim. Daesik mengkritik tindakannya itu di masa lalu dan mulai belajar agama Islam.

Daesik menceritakan pula tentang Ibunya yang juga memiliki rasa penasaran dengan agama, sehingga Ibunya memperlajari agama lain.

“Tapi Ibu bilang kepadaku, bahwa Ibu tidak menemukan jawaban yang beliau butuhkan,” kata Daesik memberikan jawaban mengenai alasan Ibnunya masuk Islam.

Kemudian disusul Daesik dan adiknya mengikuti jejak Ibunya masuk Islam. Tetapi Daesik menegaskan bahwa Ibunya tidak pernah memaksa untuk kedua anaknya mempelajari Islam.

“Aku juga kurang tahu topik apa yang Ibu maksud, tapi Ibu bilang lebih mudah menemukan jawaban yang masuk akal di Agama Islam,” ujar Daesik menambahkan penjelasan.

Hingga akhirnya Daesik menjadi muslim korea yang berprinsip menjadi orang baik, karena apa yang dia lakukan tidak hanya mencerminkan dirinya tetapi juga mencerminkan Agama Islam.

“Bagiku menjadi muslim Korea adalah mewakili Islam di negaraku,” kata Daesik menjelaskan prinsipnya.***

Editor: Sugiharto

Sumber: Dari berbagai sumber, PRMN, VIU


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah