Arsip ini mencakup informasi tentang jaringan dagang dan pembelian alat batik dari luar daerah, seperti lilin atau malam dari Atapupu Timor, dan kain dari Surabaya dan Solo.
Tak hanya itu, ada juga arsip warga perusahaan batik Lasem Liem Kioe An periode 1922 hingga 1940 berjumlah 73 tekstual, berupa surat, telegram, dan foto. Arsip ini berisi informasi tentang jaringan dagang batik dari Sumatra hingga Sulawesi.
“Tujuan diajukannya arsip tentang bukti kisah sejarah batik Lasem menjadi MKB agar semakin populer lagi di tingkat nasional,. Batik Lasem ini memang sudah terkenal, namun secara arsipnya ini belum terungkap. Ternyata setelah kami telusuri, batik Lasem itu sudah ada sejak awal abad ke-19,” katanya.
Setelah presentasi, tim dari ANRI akan melakukan visitasi ke Lasem pada bulan Maret mendatang. Mereka akan melihat secara langsung keberadaan arsip-arsip tersebut yang kini tersimpan di Museum Nyah Lasem.***