Tidur dan Depresi, Apa Hubungannya?

24 Juli 2022, 19:25 WIB
Ilustrasi Tidur dan Depresi, Apa Hubungannya? /Miju/Pixabay

Portal Kudus - Depresi lebih umum daripada yang Anda kira, dan depresi dan masalah tidur mungkin berjalan beriringan. Gangguan tidur dapat meningkatkan risiko meningkatkan gejala depresi.

Tetapi hubungan antara tidur dan depresi sangatlah kompleks. Gejala depresi dapat memengaruhi tidur, dan gejala gangguan tidur juga dapat menyebabkan depresi.

Seperti yang banyak orang tahu bahwa salah satu gejala depresi yang paling umum adalah gangguan tidur.

Karena faktanya hingga 70 persen orang dengan depresi memiliki semacam gangguan tidur. Gangguan tidur ini dapat berupa:

Baca Juga: SEDANG TAYANG Persija vs Chonburi RCTI Live Streaming Jakarta International Stadium JIS Nonton Siaran Langsung

1. Insomnia, yaitu sulit tidur dalam waktu yang lama

2. Hipersomnia, yaitu kantuk di siang hari yang berlebihan dan menyebabkan Anda merasa mengantuk secara tidak normal sepanjang hari, bahkan jika Anda sudah memiliki cukup tidur.

Apakah tidur berpengaruh pada depresi?

Penelitian menemukan bahwa insomnia berpotensi meningkatkan kemungkinan gejala depresi hampir 10 kali lipat.

Baca Juga: 5 HP Rekomendasi Harga 3 Jutaan, Yuk Buruan Disimak Cocok Untuk Gaming dan buat Photo-Photo Juga

Penelitian tentang sleep apnea juga mencatat korelasi kuat antara Obstructive Sleep Apnea (OSA) dan gejala depresi.

OSA adalah gangguan pernapasan berupa penyumbatan aliran udara yang terjadi saat tidur.

Selain itu, penelitian juga semakin menunjukkan bahwa hubungan antara insomnia dan depresi adalah jalan dua arah.

Penelitian tahun 1997 menemukan bahwa insomnia dan hipersomnia terhubung dengan perilaku bunuh diri yang lebih tinggi.

Baca Juga: Arti Mimpi Ditinggal Nikah Pacar, Berikut Arti Mimpinya Menurut Islam

Insomnia sendiri meningkatkan risiko mengembangkan gejala depresi sebanyak 10 kali lipat.

Juga diketahui bahwa sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2006 terhadap hampir 25.000 orang telah menarik hubungan yang jelas antara depresi dan kurang tidur (kurang dari 6 jam), serta terlalu banyak tidur (lebih dari 8 jam).

Apakah sleep apnea dan depresi terhubung?

Sebuah studi tahun 2003 mengatakan hampir 19.000 peserta menemukan bahwa depresi meningkatkan risiko mengembangkan gangguan tidur dengan gejala pernapasan lima kali lipat.

Baca Juga: Hari Anak Nasional 2022, Ridwan Kamil: Anak Adalah Titipan Tuhan

Sebuah tinjauan di tahun 2009 juga mencatat bahwa dalam sampel orang yang dirawat di klinik tidur untuk OSA, 21 persen hingga 41 persen juga menunjukkan gejala depresi.

Dan studi tahun 2017 menunjukkan dari 182 orang menemukan bahwa 47 peserta mengalami depresi, dan 44 memiliki OSA ringan hingga berat.

Risiko mengembangkan depresi dari OSA juga dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah studi tahun 2005 menunjukkan bahwa setidaknya 26 persen orang di atas 65 tahun dengan OSA memiliki gejala depresi yang mencolok.***

Editor: Ahmad Khakim

Sumber: healthline.com

Tags

Terkini

Terpopuler