إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ
“Sesungguhnya orang yang senantiasa membaca ayat-ayat Allah, mendirikan shalat dan menginfakkan apa yang Kami berikan kepadanya berupa rezeki baik ia rahasia maupun terang-terangan, sesungguhnya ia orang-orang yang mengharapkan perniagaan yang tidak akan pernah ada rugi-ruginya.” (QS. Fatir[35]: 29)
Berniaga dengan Allah modalnya hanya satu, saudaraku.. Yaitu dengan keimanan dan ketakwaan kita. Pengorbanan kita untuk sedikit memberikan waktu untuk Allah dalam beramal shalih.
Kita membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya, kita berusaha untuk mendirikan shalat (baik shalat lima waktu maupun shalat sunnahnya). Dan kita sedikit memberikan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada kita.
Kita infakkan kepada para fuqara, kita infakkan kepada orang-orang yang susah dan lemah. Maka dengan seperti itu kita sudah berbisnis dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Karena sesungguhnya kita khawatir apabila ternyata amalan shalih kita tidak diterima oleh Allah karena tidak bersungguh-sungguh untuk menjaga amalan shalih.
Sebagian orang di awal-awal ia bersungguh-sungguh, tapi di akhir Ramadhan ia menjadi lemah dalam beramal shalih. Itu pertanda keburukan, saudaraku. Sedangkan orang yang senantiasa istiqamah dari awal, bahkan di akhirnya ia bersungguh-sungguh, maka itu tanda ia memang berlomba-lomba dalam kebaikan.
Lihatlah kuda itu semakin mendekati garis finish ia semakin cepat, semakin dia mengeluarkan daya dan upayanya untuk bisa memenangkan perlombaan.