Khutbah Jumat Terakhir Ramadhan 21 April 2023 Menyambut Idul Fitri tentang Instropeksi Diri untuk PDF

- 21 April 2023, 04:45 WIB
Khutbah Jumat Terakhir Ramadhan 21 April 2023 Menyambut Idul Fitri tentang Instropeksi Diri untuk PDF
Khutbah Jumat Terakhir Ramadhan 21 April 2023 Menyambut Idul Fitri tentang Instropeksi Diri untuk PDF /pixabay

Artinya: Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang melewati usia tersebut. (HR At-Tirmidzi)

Jamaah Rahimakumullah

Umur yang pendek ini di antara hikmahnya adalah supaya umat Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. Umat Muhammad diberi oleh Allah umur pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan peluang lailatul qadar sehingga apabila bisa digunakan dengan baik, hal tersebut lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun lebih.

Maka, seumpama ada umat Muhammad mulai baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun bisa menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin sedangkan umurnya sampai 63 tahun, ia berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun dari yang tidak ada lailatul qadarnya. Betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat lain.

Lailatul qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya mau menjaring terus menerus. Dengan begitu, selama Ramadhan berusaha memenuhinya dengan aneka ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar banyak jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Di antaranya telah memberikan contoh melalui hadits yang diriwayatkan istrinya Aisyah radliyallahu anha:

كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya: Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. (HR Bukhari Muslim)

Pengertian “mengencangkan sarungnya”, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam tafsirnya Fathul Bari, adalah Rasulullah memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

Hadits tersebut terkandung maksud bahwa cara Rasulullah menghidupkan lailatul qadar adalah dengan tidak menjadikan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut sebagai momen bermalas-malasan dan sarat tidur. Orang tidur sama dengan mati, maka lawan katanya adalah menghidupkan. Rasulullah menghidupkan malam dengan terjaga, beribadah, tidak mengisinya dengan tidur.

Halaman:

Editor: Ahmad Khakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x