Khutbah Jumat Singkat untuk Pelajar Tentang Agar Kita Lebih Dicintai Allah

- 19 April 2022, 13:30 WIB
Khutbah Jumat Singkat untuk Pelajar Tentang Agar Kita Lebih Dicintai Allah
Khutbah Jumat Singkat untuk Pelajar Tentang Agar Kita Lebih Dicintai Allah /Pixabay.com/djedj

Portal Kudus – Pada kali ini, khutbah Jumat singkat untuk pelajar membahas agar kita lebih dicintai oleh Allah.

Khutbah Jumat merupakan kegiatan ibadah yang dilaksanakan kaum muslim terutama laki-laki setiap hari Jumat.

Seorang khatib akan menyampaikan nasihat, tuntunan, dan peringatan sebelum pelaksanaan salat Jumat.

Allah memiliki sifat kecintaan pada hambanya. Kecintaan yang dimiliki bertingkat-tingkat pada mukmin yang kuat dan mukmin yang lemah.

Lalu bagaimana agar kita lebih dicintai Allah?

Dilansir PotalKudus.com dari buku Kumpulan khutbah Jumat Inspiratif karya H. Khairul Anam, S.H., M.Kes Tahun 2019 dengan beberapa perubahan.

Baca Juga: Khutbah Jumat Terbaru dan Singkat 2022: Isyarat Ilahiyah dalam Al-Quran

Simak berikut ini khutbah Jumat singkat untuk pelajar tema agar kita lebih dicintai Allah.

Allah memiliki sifat cinta kepada sesuatu

Kecintaan Allah kepada sesuatu bertingkat-tingkat, kecintaan-Nya kepada mukmin yang kuat lebih dalam daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah.

Orang mukmin yang kuat adalah orang yang menyempurnakan dirinya dengan empat hal :

  •         Ilmu yang bermanfaat
  •         Beramal salih
  •         Saling mengajak kepada kebenaran
  •         Saling menasihati kepada kesabaran

Adapun mukmin yang lemah adalah yang belum bisa menyempurnakan semua tingkatan ini dan tidak berupaya untuk merobah dirinya sendiri misalnya, sudah tentang betapa dangkalnya ilmu agamanya akan tetapi tidak mau untuk belajar ilmu agama.

Kebaikan pada diri orang-orang beriman itu bertingkat-tingkat

  •         Kaum As-Saabiqun ilal Khairat, orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan-kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal yang wajib maupun yang sunnah serta meninggalkan perkara yang haram dan yang makruh.
  •         Kaum Al-Muqtashidun atau pertengahan. Mereka itu adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan melakukan kewajiban dan meninggalkan keharaman.
  •         Azh-Zhalimuna li anfusihim. Mereka adalah orang-orang yang mencampuri amal kebaikan mereka dengan amal-amal jelek.

Baca Juga: Doa Malam Nuzulul Quran Lengkap Bahasa Arab, Latin, dan Artinya, Salah Satu Malam Istimewa Bulan Ramadhan

Perkara yang bermanfaat

ada dua macam: perkara keagamaan dan perkara keduniaan. Sebagaimana seorang hamba membutuhkan perkara agama maka ia juga membutuhkan perkara dunia. Kebahagiaan dirinya akan tercapai dengan senantiasa bersemangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat di dalam kedua perkara tersebut. Perkara yang bermanfaat dalam urusan agama kuncinya ada 2: ilmu yang bermanfaat dan amal salih. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan hati dan ruh sehingga dapat membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ilmu hadits, tafsir, dan fiqih serta ilmu-ilmu lain yang dapat membantunya seperti ilmu bahasa Arab dan lain sebagainya. Adapun amal salih adalah amal yang memadukan antara niat yang ikhlas untuk Allah serta perbuatan yang selalu mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan perkara dunia yang bermanfaat bagi manusia adalah dengan bekerja mencari rezeki. Pekerjaan yang paling utama bagi orang berbeda-beda tergantung pada individu dan keadaan mereka. Batasan untuk itu adalah selama hal itu benar-benar bermanfaat baginya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu."

Manusia tidak bersandar kepada kekuatan, kemampuan dan kecerdasannya semata

Namun, dia harus menggantungkan hatinya kepada Allah ta’ala dan meminta pertolongan-Nya dengan harapan Allah akan memudahkan urusannya. Kelima: apabila seseorang menjumpai perkara yang tidak menyenangkan setelah dia berusaha sekuat tenaga, maka hendaknya dia merasa ridha dengan takdir Allah ta’ala. Tidak perlu berandai-andai, karena dalam kondisi semacam itu berandai-andai justru akan membuka celah bagi syaitan. Dengan sikap semacam inilah hati kita akan menjadi tenang dan tentram dalam menghadapi musibah yang menimpa.

Baca Juga: Niat Zakat Fitrah Arab untuk Diri Sendiri, Istri, dan Anak Lengkap dengan Terjemahnya

Keimanan kepada takdir dengan melakukan usaha yang bermanfaat

Kedua pokok ini telah ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab maupun As-Sunnah dalam banyak tempat. Agama seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal itu. Sabda Nabi, “Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu” merupakan perintah untuk menempuh sebab-sebab agama maupun dunia, bahkan di dalamnya terkandung perintah untuk bersungguh-sungguh dalam melakukannya, membersihkan niat dan membulatkan tekad, mewujudkan hal itu dan mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan sabda Nabi, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah” merupakan bentuk keimanan kepada takdir serta perintah untuk bertawakal kepada Allah ketika mencari kemanfaatan dan menghindar dari kemudharatan dengan penuh rasa harap kepada Allah ta’ala agar urusan dunia dan agamanya menjadi sempurna.

Demikian khutbah Jumat singkat untuk pelajar tentang agar kita lebih dekat dengan Allah. ***

Editor: Candra Kartiko Sari

Sumber: buku Kumpulan Khutbah Jumat Inspiratif karya H. Khairul Anam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah