2023: Kultum Menyambut Bulan Ramadhan 1444 H, Contoh Teks Materi Kultum Singkat Cocok Dibawakan Jelang Ramadan

17 Maret 2023, 07:35 WIB
contoh teks kultum menyambut bulan Ramadhan 2023/1444 Hijriyah. /pexels/borta

Portal Kudus - Simak, artikel ini menyediakan teks kultum menyambut bulan Ramadhan 2023/1444 Hijriyah. 

Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1444 H, berbagai hal dipersiapkan umat muslim.

Untuk menyambut bulan Ramadhan, penting untuk mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan spiritual. 

Baca Juga: TERBARU! Materi Tarhib Ramadhan 2023 Download dan Pelajari Materi Tarhib: Persiapan Menyambut Ramadan 1444 H

Secara spiritual, salah satu hal yang banyak dilakukan jelang datangnya Ramadhan adalah mendengarkan kultum.

Kultum menyambut bulan ramadhan biasanya berisi pesan-pesan penting tentang betapa istimewanya bulan Ramadhan. 

Hal tersebut disampaikan dalam kultum-kultum menyambut bulan Ramadhan agar memotivasi kita dalam memaksimalkan amal dan ibadah di bulan suci tersebut.

Baca Juga: CONTOH Ceramah Singkat Ramadhan untuk Anak SMP, Materi Kultum Menarik dan Terbaru, Cocok Dibawakan Siswa MTs

Apabila Anda sedang mencari contoh kultum menyambut bulan Ramadhan 2023/1444 H, di bawah ini adalah contohnya.

Contoh teks kultum menyambut bulan Ramadhan (1)

Dilansir dari laman kecnongsa.batam.go.id, berikut ini teks kultum menyambut bulan Ramadhan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala Rasulillah.
Amma ba’du.

Kaum muslimin yang berbahagia

Di antara ciri orang yang beriman adalah senang berjumpa dengan bulan Ramadhan.

Para ulama dan orang shalih terdahulu sangat merindukan perjumpaan dengan ramadhan dan sangat bahagia jika Ramadhan akan tiba.

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,

ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎ اﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ

Sebagian salaf berkata; ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“

Semoga perjumpaan ini adalah hasil dari doa yang dipanjatkan selama ini:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

Allahumma sallimni ila ramadhana wa sallim li ramadhana wa tasallamhu minni minni mustaqbala

“Ya Allah, antarkanlah aku ke Ramadhan dan antarkanlah Ramadhan kepadaku. Terimalah pula amal-amalku di bulan Ramadhan.”
(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Perjumpaan dengan bulan Ramadhan merupakan karunia dan rahmat Allah Azza wa Jalla oleh karena itu seorang muslim haruslah bergembira.

Allah berfirman dalam Quran Surah Yunus ayat: 58.

ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ

Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ, huwa khairum mimmā yajma’ụn

Artinya: Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Pertanyaannya, kenapa kita harus bergembira menyambut Ramadhan?

Karena Rasulullah memberi kabar gembira kepada para sahabatnya, sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Ahmad:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”

Perjumpaan ini adalah sebuah nikmat yang sangat agung dan tentunya segala nikmat datangnya dari Allah Azza wa Jalla sebagaimana firmanNya:

: وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ

Wa ma bikum min ni’matin faminallahi.”

Artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada padamu datangnya dari Allah-lah datangnya.”

Oleh karena itu, syukuri nikmat perjumpaan ini dengan sebaik-baiknya

Bagaimana cara mensyukuri nikmat tersebut?

Ibnul Qayyim mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Thariiqul Hijratain (hlm. 508) yaitu,

الثَّنَاءُ عَلَى النِّعَمِ وَمَحَبَّتُهُ وَالعَمَلُ بِطَاعَتِهِ

Memuji atas nikmat (ramadhan)
mencintai nikmat tersebut (ramadhan)
memanfaatkan nikmat (ramadhan) untuk ketaatan.

Imam An-Nawawi rahimahullah juga berkata dalam kitabnya Al-Adzkaar;

“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, untuk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dengan apa yg telah diberikan-Nya).”

Sebagai nasihat yang terakhir:

Ingatlah selalu bahwa ramadhan tidaklah datang setiap saat, tidak datang setiap pekan dan tidak datang setiap bulan.

Oleh karena itu, mari manfaatkan kesempatan EMAS ini dan manfaatkan momen yang indah ini untuk meraih keuntungan akhirat.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh teks kultum menyambut bulan Ramadhan (2)

Berikut ini adalah contoh materi Tarhib Ramadhan, sebagaimana disampaikan Ahmad Farhan Juliawansyah dilansir dari laman muhammadiyahbogor.or.id:

Bulan Sya’ban segera tiba. Ini artinya Ramadhan semakin dekat, tinggal mengitung hari. Dengan tibanya bulan Sya’ban, apakah semua orang sudah membuat rencana dan persiapan diri untuk menyambut bulan yang suci lagi penuh dengan kemuliaan—ampunan dan pahala—yang berlimpah, yaitu Ramadan tahun 1442 Hijriah

Seyogianya setiap Muslim mempersiapkan diri dengan baik sebelum menghadapi Ramadhan, sehingga ketika Ramadan datang fisik dan mental telah siap berkompetisi untuk meraih ampunan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt.

Realitasnya tidak seperti itu. Ada saja orang yang biasa saja, bahkan abai tidak mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan. Dirinya menganggap Ramadhan sama saja dengan bulan-bulan yang lain. Pada akhirnya ketika Ramadhan datang yang dilakukan adalah menjalankan rutinitas shaum (puasa) dan ibadah lain secara formalitas saja tanpa memerhatikan kualitas. Ya, dianggapnya itu semua hanya formalitas belaka saja sebagai kewajiban seorang Muslim. Orang-orang seperti ini kelak perlu dipertanyakan berhasil tidaknya, serta layak tidaknya untuk mendapat gelar “takwa” sebagaimana esensi dari puasa Ramadhan yang tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Mengingat beberapa hari lagi masuk bulan Sya’ban dan Ramadhan akan segera tiba, maka diperlukan persiapan diri dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan persiapan atau pemanasan. Ya, bulan untuk membiasakan diri beramal saleh, seperti membiasakan diri salat malam, puasa sunnah, membaca atau menghafal al-Qur’an, dan yang lainnya.

Sebagaimana halnya kompetisi-kompetisi olahraga, pasti para atlet akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan rajin berlatih satu atau dua bulan menjelang kompetisi dilangsungkan. Tujuan sudah jelas ingin menjadi juara. Seperti itulah Ramadhan perlu persiapan dahulu, kelak pada saatnya kita sudah siap berkompetisi dan menjadi juara (pemenang) dengan mendapatkan ampunan dan limpahan pahala yang berlipat ganda, serta mendapat gelar “takwa” dari Allah swt.

Bulan Sya’ban sendiri adalah bulan yang kedelapan dari tahun Hijriah. Dalam Lisanul Arab disebutkan di antara makna Sya’ban adalah menghimpun dan memisahkan, karena bulan Sya’ban adalah bulan yang berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.

Manusia yang paling agung dan mulia, Rasulullah Muhammad saw senantiasa melakukan persiapan dan pemanasan sebelum menyambut bulan suci Ramadhan, yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Hal ini diceritakan dalam hadis dari ummul mukminin, Aisyah r.a. :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ : لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ : لَا يَصُومُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا. (متفق عليه)

Artinya: Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw melakukan puasa sampai-sampai kami berkata: Beliau tidak (pernah) berbuka, dan beliau berbuka sampai-sampai kami berkata: Beliau tidak melakukan puasa. Lalu Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa sebulan penuh, melainkan di bulan Ramadan. Dan Aku juga tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa, melainka di bulan Sya’ban. (Hadis Muttafaq ‘Alaih)

Dalam Kitab Lathaif al-Ma’arif disebutkan bahwa sekelompok ulama, seperti Ibnu al-Mubarak dan selainnya menguatkan bahwa Nabi saw tidak berpuasa penuh (satu bulan) di bulan Sya’ban, melainkan beliau hanya memperbanyak puasa di dalam bulan tersebut. Hal ini sebagaimana kesaksian dari Aisyah r.a. dalam hadis tersebut.

Dengan demikian, Rasulullah saw senantiasa banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban sebagai bentuk persiapan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Adapun puasa yang dapat dilakukan di bulan Sya’ban adalah puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh (3 hari di pertengahan bulan hijriah), dan puasa Dawud.

Wallahu A’lam bis Shawwab.***

Editor: Al Mahfud

Tags

Terkini

Terpopuler