TERBARU! Materi Tarhib Ramadhan 2023 Download dan Pelajari Materi Tarhib: Persiapan Menyambut Ramadan 1444 H

16 Maret 2023, 17:12 WIB
materi tarhib Ramadhan 2023. /pexels/tirachard kumtanom

Portal Kudus - Terbaru, materi tarhib Ramadhan 2023 pelajari materi tarhib: persiapan menyambut Ramadan 1444 Hijriah. 

Bagi Anda yang sedang mencari contoh materi tarhib Ramadhan 2023, artikel ini akan menyajikannya. 

Di bawah ini akan dibahas tentang apa itu tarhib Ramadhan lengkap dengan contoh materi tarhib Ramadhan.

Baca Juga: DOWNLOAD Desain Poster Ramadhan Simple 2023 Terbaru, Gambar Ucapan Menyambut Bulan Ramadhan 1444 H

Pertama, kita pahami terlebih dahulu apa itu tarhib sebelum menyimak materi Tarhib Ramadhan.

Kata tarhib berasal dari akar kata yang sama yang membentuk kata Marhaban.

Tarhib berasal dari bahasa Arab, "ra-hi-ba, yar-ha-bu, rahbun," artinya luas, lapang, lebar. 

Baca Juga: TERBARU Banner Marhaban ya Ramadhan 2023 Download Spanduk Ucapan Menyambut Bulan Ramadan 1444 H

Dari sana, kemudian menjadi fi'il "rahhaba, yurahhibu, tarhiban" yang artinya menyambut, menerima dengan kelapangan hati.  

Adapun menurut Hasanuddin Yusuf Adan (2016), perkataan "tarhib" dalam bahasa Arab memakai 'ha' kecil, sehingga jika dibaca bunyi hib itu masuk kerongkongan. 

Kata tersebut merupakan masdar (kata dasar) dari rahhiba yang bermakna "menyambut" atau "penyambutan."

Baca Juga: BERAPA Jumlah Jenis Kegiatan Sensus yang Dilaksanakan oleh BPS? Ini Jenis Sensus Badan Pusat Statistik

Dari uraian tersebut, bisa dipahami apa itu arti Tarhib Ramadhan. Jadi Tarhib Ramadhan adalah menyambut atau penyambutan bulan suci Ramadhan. 

Dikutip dari laman resmi Kemenag Kanwil Malang, tarhib merupakan ungkapan selamat datang atas sesuatu hal yang indah.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kata tarhib juga dapat diakronimkan dengan kata yang lebih populer, yaitu marhaban. 

Baca Juga: Apa Arti Tarhib Ramadhan? Simak Makna Tarhib Ramadhan 2021 yang Marak Jelang Datangnya Bulan Puasa 1442 H

Di sini mengarah pada penggambaran menyambut tamu dengan dada yang lapang, penuh kegembiraan, dan persiapan.

Contoh kegiatan atau tradisi Tarhib Ramadhan

Tarhib Ramadhan di Indonesia biasanya dilakukan dalam berbagai macam kegiatan dan dipengaruhi juga oleh tradisi atau kebiasaan suatu daerah. 

Di antara beberapa contoh tradisi atau kegiatan Tarhib Ramadhan adalah menggelar kajian fiqih puasa, ada Megengan dalam masyarakat Jawa, hingga halaqah tentang Ramadhan. 

Pada dasarnya Tarhib Ramadhan adalah dalam rangka berdoa, membersihkan pikiran dan hati, hingga persiapan mental hingga fisik untuk menyambut bulan Ramadhan.  

Maksud atau tujuan dari penyambutan bulan Ramadhan adalah sebagai wujud syukur atas datangnya bulan suci Ramadhan. 

Selain itu, tujuan Tarhib Ramadhan adalah agar bisa menjalani ibadah di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya atau semaksimal mungkin, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Contoh materi Tarhib Ramadhan 2023

Berikut ini adalah contoh materi Tarhib Ramadhan, sebagaimana disampaikan Ahmad Farhan Juliawansyah dilansir dari laman muhammadiyahbogor.or.id:

Bulan Sya’ban segera tiba. Ini artinya Ramadhan semakin dekat, tinggal mengitung hari. Dengan tibanya bulan Sya’ban, apakah semua orang sudah membuat rencana dan persiapan diri untuk menyambut bulan yang suci lagi penuh dengan kemuliaan—ampunan dan pahala—yang berlimpah, yaitu Ramadan tahun 1442 Hijriah

Seyogianya setiap Muslim mempersiapkan diri dengan baik sebelum menghadapi Ramadhan, sehingga ketika Ramadan datang fisik dan mental telah siap berkompetisi untuk meraih ampunan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt.

Realitasnya tidak seperti itu. Ada saja orang yang biasa saja, bahkan abai tidak mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan. Dirinya menganggap Ramadhan sama saja dengan bulan-bulan yang lain. Pada akhirnya ketika Ramadhan datang yang dilakukan adalah menjalankan rutinitas shaum (puasa) dan ibadah lain secara formalitas saja tanpa memerhatikan kualitas. Ya, dianggapnya itu semua hanya formalitas belaka saja sebagai kewajiban seorang Muslim. Orang-orang seperti ini kelak perlu dipertanyakan berhasil tidaknya, serta layak tidaknya untuk mendapat gelar “takwa” sebagaimana esensi dari puasa Ramadhan yang tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Mengingat beberapa hari lagi masuk bulan Sya’ban dan Ramadhan akan segera tiba, maka diperlukan persiapan diri dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan persiapan atau pemanasan. Ya, bulan untuk membiasakan diri beramal saleh, seperti membiasakan diri salat malam, puasa sunnah, membaca atau menghafal al-Qur’an, dan yang lainnya.

Sebagaimana halnya kompetisi-kompetisi olahraga, pasti para atlet akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan rajin berlatih satu atau dua bulan menjelang kompetisi dilangsungkan. Tujuan sudah jelas ingin menjadi juara. Seperti itulah Ramadhan perlu persiapan dahulu, kelak pada saatnya kita sudah siap berkompetisi dan menjadi juara (pemenang) dengan mendapatkan ampunan dan limpahan pahala yang berlipat ganda, serta mendapat gelar “takwa” dari Allah swt.

Bulan Sya’ban sendiri adalah bulan yang kedelapan dari tahun Hijriah. Dalam Lisanul Arab disebutkan di antara makna Sya’ban adalah menghimpun dan memisahkan, karena bulan Sya’ban adalah bulan yang berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.

Manusia yang paling agung dan mulia, Rasulullah Muhammad saw senantiasa melakukan persiapan dan pemanasan sebelum menyambut bulan suci Ramadhan, yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Hal ini diceritakan dalam hadis dari ummul mukminin, Aisyah r.a. :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ : لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ : لَا يَصُومُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا. (متفق عليه)

Artinya: Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw melakukan puasa sampai-sampai kami berkata: Beliau tidak (pernah) berbuka, dan beliau berbuka sampai-sampai kami berkata: Beliau tidak melakukan puasa. Lalu Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa sebulan penuh, melainkan di bulan Ramadan. Dan Aku juga tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa, melainka di bulan Sya’ban. (Hadis Muttafaq ‘Alaih)

Dalam Kitab Lathaif al-Ma’arif disebutkan bahwa sekelompok ulama, seperti Ibnu al-Mubarak dan selainnya menguatkan bahwa Nabi saw tidak berpuasa penuh (satu bulan) di bulan Sya’ban, melainkan beliau hanya memperbanyak puasa di dalam bulan tersebut. Hal ini sebagaimana kesaksian dari Aisyah r.a. dalam hadis tersebut.

Dengan demikian, Rasulullah saw senantiasa banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban sebagai bentuk persiapan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Adapun puasa yang dapat dilakukan di bulan Sya’ban adalah puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh (3 hari di pertengahan bulan hijriah), dan puasa Dawud.

Wallahu A’lam bis Shawwab.***

Editor: Al Mahfud

Tags

Terkini

Terpopuler