Tahun Baru Hijriyah: 4 Kemuliaan Bulan Muharram yang Perlu Kamu Tahu!

27 Juli 2022, 15:57 WIB
Tahun Baru Hijriyah: 4 Kemuliaan Bulan Muharram yang Perlu Kamu Tahu /Freepik.com/freepik

Portal Kudus – setiap tanggal 1 Muharram umat islam akan merayakan tahun baru hijriah dengan berbagai macam cara, mulai dari menggelar pengajian atau doa Bersama akhir tahun sampai dengan pawai obor.

Namun, apakah kalian tahu apa saja yang menjadi keutamaan bulan muharram yang disebut menjadi salah satu dari bulan Haram.

Dilansir dari berbagai sumber berikut merupakan empat kemuliaan yang terdapat di bulan Muharram

Termasuk kedalam empat bulan haram (suci)

Baca Juga: Ringkasan Informasi Terkait Penentuan Awal Bulan Muharram 1444 H

Allah berfirman,

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)

Adapun empat bulan haram itu dallah Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan bulan Rajab. Keempat bulan tersebut disebut dengan bulan haram karena sejak dulu keempat bulan tersebut sangat dimuliakan oleh bangsa arab dan dilarang melakukan peperangan pada bulan-bulan tersebut.

Dinamakan Syahrullah (bulan Allah)
Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Baca Juga: CERAMAH Singkat Tentang 1 Muharram 2022, Contoh Naskah Pidato Menyambut 1 Muharram 1444 H

As-Suyuthi mengatakan:

Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini “Al-Muharram” nama nama islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

 

Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal.

 

Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al-Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)


Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham [arab: شهر الله الأصم ] (Bulan Allah yang Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini (Lathaif al-Ma’arif, Hal. 34). karena itu, tidak boleh ada sedikitpun friksi dan konflik di bulan ini.

Baca Juga: Wisata Alam Berlatar Pegunungan di Kudus

Adanya hari Asyura’ yang dimuliakan banyak umat beragama
Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau menceritakan,

لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا ، يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ، وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ . فَقَالَ « أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ » . فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’.

Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah.

Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa”. (HR. Al Bukhari)

Baca Juga: Cara Menghitung dan Contoh Soal Fraksi Mol dan Jawabannya Rumus dan Pembahasan Fraksi Mol Terlarut dan Pelarut

Bulan yang paling mulia setelah Ramadhan
Hasan Al-Bashri mengatakan,

إن الله افتتح السنة بشهر حرام وختمها بشهر حرام فليس شهر في السنة بعد شهر رمضان أعظم عند الله من المحرم وكان يسمى شهر الله الأصم من شدة تحريمه

Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah).

Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram.

Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 34)

Allahu a’lam.***

Editor: Ahmad Khakim

Tags

Terkini

Terpopuler