Mengenal Jupiter: Planet Terbesar di Tata Surya, Simak Ulasannya

24 Juli 2022, 08:15 WIB
Planet Jupiter /Miju/Wikipedia

Portal Kudus – Planet yang satu ini dikenal sebagai raja planet-planet, memiliki 79 bulan yang mengorbit di sekitarnya, membuat Planet Jupiter sebagai planet terbesar di tata surya.

Planet Jupiter sendiri merupakan planet kelima dari matahari, dinamai berdasarkan salah satu dewa dalam mitologi bangsa Romawi.

Planet Jupiter membantu merevolusi cara kita melihat alam semesta, pada 1610 ketika Galileo menemukan empat bulan besar milik Planet Jupiter, yakni Io, Europa, Ganymede, dan Callisto.

 Baca Juga: 5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Yang Bisa Menjadi Bahan Pertimbangan Kalian

Menjadikan pengamatan ini merupakan yang pertama kalinya sebuah benda langit terlihat mengitari objek selain Planet Bumi dan mendukung pandangan Copernican, yang mengatakan bahwa Planet Bumi bukanlah pusat dari alam semesta.

Diketahui bahwa NASA sejak 2016 sudah mengirimkan pesawat ruang angkasa bernama Juno untuk menyelidiki Planet Jupiter dan bulan-bulan yang mengitarinya.

Planet Jupiter yang telah mengorbit sekitar 483.682.810 mil (778.412.020 kilometer) dari matahari, yakni 5,203 kali lebih jauh dari jarak rata-rata Planet Bumi dari Matahari.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi iPhone Yang Lemot, Apa Saja Itu ? Yuk Disimak!

Ukuran Planet Jupiter

NASA berpendapat, bahwa Planet Jupiter berukuran lebih dari dua kali dan lebih masif dari gabungan semua planet lain.

Volume Planet Jupiter yang sangat besar hingga dapat menampung lebih dari 1.300 Planet Bumi, dan jika digambarkan Planet Jupiter sebagai bola basket, maka Planet Bumi hanyalah seukuran buah anggur.

NASA menambahkan, bahwa Planet Jupiter mungkin menjadi planet pertama yang terbentuk di tata surya, terdiri dari gas yang tersisa dari pembentukan matahari.

 Baca Juga: 4 Rekomendasi Laptop untuk Mahasiswa dan Siswa Dengan Harga Murah Tapi Tidak Murahan, Apa Saja itu?

Dan jika Planet Jupiter ini sekitar 80 kali lebih masif selama perkembangannya, maka dapat dipastikan bahwa Planet Jupiter benar-benar menjadi bintang dengan sendirinya.

Lingkungan Planet Jupiter

Atmosfer pada Planet Jupiter menyerupai Matahari, yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium.

Kemudian, untuk pita terang dan gelap berwarna-warni yang mengelilingi Planet Jupiter, telah diciptakan oleh angin timur-barat yang sangat kuat di atmosfer dengan laju lebih dari 335 mph (539 km/jam).

Di dalam atmosfer, hujan berlian dapat memenuhi langit, dan tersembunyi jauh di dalam atmosfer merupakan inti padat dari komposisi yang tidak diketahui. 

Menurut Universitas Colorado di Boulder, Planet Jupiter memiliki medan magnet raksasa yang terkuat dari semua planet di tata surya, yakni dengan kekuatan hampir 20.000 kali lipat dari Planet Bumi.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Film Di Bulan Juli 2022 di Indonesia, Ada Ivanna, Keluarga Cemara 2, Dan The Sacred Riana 2

Medan magnet ini menjebak elektron dan partikel bermuatan listrik lainnya dalam sabuk intens yang secara teratur akan meledakkan bulan dan cincin planet dengan radiasi lebih dari 1.000 kali tingkat mematikan bagi manusia.

Radiasinya pun cukup parah untuk merusak, bahkan pesawat ruang angkasa seperti probe Galileo milik NASA yang terlindung sangat baik dan berat, dapat hancur diakibatkan oleh radiasi medan magnet Planet Jupiter.

Kamera pelacak bintang pada pesawat ruang angkasa Juno milik NASA, telah menangkap pemandangan cincin samar dari Planet Jupiter pada 27 Agustus 2016 lalu.

Bintang terang di atas cincin utama merupakan Betelgeuse, sedangkan sabuk Orion dapat dilihat di kanan bawah.

Magnetosfer Planet Jupiter membengkak sekitar 600.000-2 juta mil (1 juta hingga 3 juta km) kearah Matahari dan meruncing ke ekor yang memanjang lebih dari 600 juta mil (1 miliar km) di belakang Planet Jupiter.

 Baca Juga: 5 Film Bioskop Indonesia Agustus 2022 Yang Bakal Tayang Lengkap Dengan Tanggal, Ada Mencuri Raden Saleh

Titik Merah pada Planet Jupiter

Terkenal juga dengan Bintik Merah Besar (The Great Red Spot) pada Planet Jupiter, yang menurut NASA, The Great Red Spot merupakan badai raksasa yang berlangsung lebih dari 300 tahun.

Dan ukurannya dipastikan dua kali lebih luar dari Planet Bumi, ujungnya berputar berlawanan arah jarum jam yang menjadikannya sebagai jenis badai antisiklon, di sekitar pusatnya dengan kecepatan sekitar 270-425 mph (30-680 kpj).

Warna badai yang bervariasi dari merah bata hingga sedikit coklat kemungkinan berasal dari sejumlah kecil belerang dan fosfor dalam kristal amonia di awan Planet Jupiter.

 Baca Juga: 6 Rekomendasi Film Di Bulan Juli 2022 di Indonesia, Ada Ivanna, Keluarga Cemara 2, Dan The Sacred Riana 2

Menurut data dari NASA tahun 2022 melalui pesawat luar angkasa Juno, siklon kutub raksasa Planet Jupiter yang didorong oleh konveksi atau panas yang naik dari ketinggian yang lebih rendah ke atmosfer yang lebih tinggi, mirip dengan cara kerja pusaran di laut pada Planet Bumi.

Apakah Mungkin Ada Sebuah Kehidupan di Planet Jupiter?

Atmosfer Planet Jupiter tumbuh lebih hangat mencapai suhu kamar atau 70 derajat Fahrenheit (21 derajat Celcius).

Pada ketinggian dimana tekanan atmosfer sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan Planet Bumi. 

Dalam sebuah studi pada 2021 lalu, menemukan bahwa ada cukup air untuk mendukung beberapa kehidupan di Planet Jupiter. Namun hingga saat ini, para ilmuwan tidak menemukan bukti adanya kehidupan di Planet Jupiter.***

Editor: Kartika Kudus

Sumber: Space

Tags

Terkini

Terpopuler