Ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah Kisah Rasulullah Menerima Wahyu Pertama di Gua Hira

18 April 2022, 15:50 WIB
Ilustrasi Ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah Kisah Rasulullah Menerima Wahyu Pertama di Gua Hira /pixabay/ caiwak

Portal Kudus – Berikut ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah kisah Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira.

Ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah kisah Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira berikut ini, dapat digunakan sebagai referensi dalam saat melakuka ceramah kultum menjalang sholat Tarawih maupun setelah sholat Subuh.

Ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah kisah Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira berikut ini dikutip Portal Kudus dari kitab “Fiqhu as-Sirah an-Nabawiyah” karya Dr. Said Ramadhan Al-Buthy.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a hadits yang menceritakan permulaan turunnya wahyu, Aisyah r.a. bercerita: yang mula-mula dialami Rasulullah SAW adalah mipi yang wajar.

Baca Juga: Sejarah Nuzulul Quran: Kisah Rasulullah Bertemu Malaikat Jibril di Gua Hira

Setiap kali memimpikan sesuatu, pasti itu menjadi kenyataan bagaikan sinar fajar. Kemudian, beliau mulai suka menyendiri, dan memilih Gua Hira sebagai tempat menyepi.

Di sana beliau beribadah selama bermalam-malam, lalu pulang kepada keluarganya, dan menyiapkan bekal lagi untuk menyendiri, kemudian pulan glagi kepada Khadijah, dan kembali mempersiapkan bekal sehingga kebenaran mendatangi beliau di Gua Hira.

Beliau didatangi malaikat yang kemudian berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Rasulullah menuturkan apa yang dialaminya:

“Ia (Jibril) meraihku dan mendekapku hingga aku merasa payah, lalu melepaskanku dan berkata, ‘Bacalah!’ Aku pun menjawab, ‘Aku tidka bisa membaca.’

Baca Juga: Malam Lailatul Qadar: Pengertian, Keutamaan, Tanda, hingga Cara Memprediksinya Menurut Imam Al-Ghazali

Ia lalu meraihku dan mendekapku untuk ketiga kalinya, kemudian melepaskanku dan berkata, ‘Bacalah dengan (menyebut) Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengna perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.’”

Rasulullah SAW pun pulang membawa bacaan itu dengan hati yang kacau. Beliau pulang menemui Khadijah binti Khuwailid r.a dan berkata, “Selimuti aku. Selimuti aku.” Maka, beliau diselimuti hingga kegelisahannya sirna.

Beliau memberi tahu Khadijah tentang kejadian itu dan berkata, “Aku sungguh mengkhawatirkan diriku.”

Khadijah menukas, “Sama sekali tidak. Demi Allah, selamanya Allah tidka akan menghinakanmu. Engkau selalu menjalin kekerabatan, memikul beban, menolong orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan membantu pihak yang benar.”

Baca Juga: Khutbah Jumat Nuzulul Quran Ramadhan 2022 1443 H Memaknai Nuzulul Quran sebagai Cahaya Kehidupan

Selanjutnya, Khadijah mengantarkan beliau kepada sepupunya, Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza. Dia merupakan penganut Nasrani di zaman jahiliah.

Dia telah mencatata Alkitab dalam bahasa Ibrani, lalu mencatat banyak Injil dalam bahasa Ibrani. Usianya sudah lanjut dan matanya telah buta.

Khadijah berkata, “Wahai sepupuku, dengarlah cerita anak saudaramu ini.” Waraqah pun bertanya kepada Muhammad SAW, “Wahai anak saudaraku, apa yang kaulihat?” Maka Rasulullah SAW menceritakan apa yang dilihatnya.

Waraqah lantas berkata, “Itu adalah an-namus (artinya Jibril atau wahyu) yang turun kepada Musa. Aduhai, seandainya aku masih muda dan kuat, dan andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”

Baca Juga: Arti dan Asal Usul Nama Bulan Ramadhan, Kaum Muslim Harus Tahu

Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Dia menjawab, “Ya. Setiap kali seseorang membawa apa yang kaubawa, pastilah dia dimusuhi. Apabila masamu itu kualami, niscaya aku akan menolongmu sekuat tenaga.” Namun, tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia.

Demikian ceramah Nuzulul Quran 2022 Ramadhan 1443 Hijriah kisah Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira dalam kitab “Fiqhu as-Sirah an-Nabawiyah” karya Dr. Said Ramadhan Al-Buthy.***

Editor: Ahmad Khakim

Tags

Terkini

Terpopuler