Niat Puasa Ramadhan Dibaca Romadhona atau Romadhoni? Mana yang Benar?

25 Maret 2022, 00:58 WIB
Doa Niat Puasa dan Buka Puasa Qadha Ramadhan Latin Lengkap dengan Artinya /Pixabay.com/ xegxef

Portal Kudus – Niat puasa Ramadhan adalah salah satu syarat sah untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Niat puasa Ramadhan harus dibaca sebelum terbitnya fajar atau sebelum waktu sholat Subuh tiba.

Keharusan niat puasa Ramadhan dilakukan sebelum fajar tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah SAW,

مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

“Barangsiapa yang belum berniat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada (tidak sah) puasa baginya.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Baca Juga: Lirik Sholawat Shallallahu Ala Muhammad, Tulisan Arab, Latin dan Artinya, Pujian Kepada Allah SWT dan Nabi SAW

Adapun niat puasa yang digunakan di masyarakat adalah sebagai berikut:

نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضان هذه السنة لله تعالى

Dalam melafakan lafaz رمضان ada dua versi yang terjadi di masyarakat.

Ada yang membaca romadhona, dengan huruf nun dibaca fathah. Ada juga yang membaca romadhoni, dengan huruf nun dibaca kasrah.

Mana diantara keduanya yang benar? Berikut ini penjelasan Portal Kudus dilansir dari laman nyantriyuk.com pada 23 Maret 2022.

Lafaz رمضان termasuk dalam “isim ghairu munshorif” atau isim yang tidak bisa dibaca tanwin karena isim alam (nama) yang memiliki tambahan alif dan nun.

Secara ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab), isim ghoiru munshorif ketika dalam tarkib i’rab Jer, maka alamatnya menggunakan fathah, menjadi “romadhona.”

Baca Juga: 40 Contoh Soal Ujian Sekolah US IPA SD MI Kelas 6 Terbaru 2022 beserta Kunci Jawaban

Namun, apabila isim ghoiru munshorif disandarkan pada lafaz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan alif-lam (al), maka alamat i’rab jer-nya menggunakan kasroh, menjadi “romadhoni.”

Imam Ibnu Malik, dalam bait Alfiyah-nya berkata, “Dan di-jer-kan dengan fathah terhadap isim yang tidak menerima tanwin (ghoiru munshorif), selama tidak dimudlofkan atau berada setelah ‘al’ yang mengiringinya.”

Jadi, bacaannya sebagai barikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

 Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadooni haadzihis sanati lillaahi ta’aala

“Aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan dari tahun ini karena Allah ta’ala.”

Dalam bacaan niat di atas, lafaz Ramadhan dibaca “romadhoni” karena di-idlofahkan pada “haadzihis sanati” (yang berstatus menjadi mudlof ilaih). Ini adalah bacaan yang benar sesuai kaidah ilmu nahwu dan secara maknya.

Baca Juga: Arti Mimpi Orang yang Kita Rindukan ini Pertanda Bahwa Kamu Akan Dapat, Begini Penjelasannya

Bacaan tersebut seperti diterangkan dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut :

يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ اْلإِشَارَة

“Romadhon dibaca jer dengan kasroh karena statusnya menjadi mudlof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.”

Bagaimana dengan cara membaca “romadhona”?

Versi bacaan niat pausa Ramadhan yang lain adalah dengan membacah fathah huruf nun dari lafaz “romadhon”, menjadi “romadhona”.

Bacaannya adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta’aala.

Secara kaidah nahwu, bacaan tersebut adalah salah, karena tarkib lafaz Ramadhan dan “haadzihis sanah” tidak jelas.

Baca Juga: Arti Mimpi Layar Hp Pecah Menurut Islam, Diantaranya Anda Akan Mengalami Gangguan Jiwa

Apabila lafaz Ramadhan dibaca fathah (romadhona), dengan tidak meng-idlofah-kan pada lafaz “haadzihis sanati”, maka lafaz “haadzihis sanati” seharusnya menjadi dhorof zaman (keterangan waktu) yang harus dibaca “haadzihis sanata”.

Sehingga bacaannya menjadi sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardli syahri romadhoona hadzihis sanata lillaahi ta’aala.

Jika bacaannya seperti di atas, secara kaidah nahwu memang benar, tapi secara makna telah terjadi perubahan sebagai berikut:

“Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan, selama setahun ini.”

Bacaan tersebut rusak secara makna karena lafaz “haadzihis sanata” berstatus sebagai dhorof, bukan lagi menjadi mudlof ilaih dari lafaz “romadhon” yang berfaidah tamyiz (pembeda).

Padahal, syarat niat adalah ta’yin, sehingga perlu ada kelimat pembatas.

Baca Juga: SIMAK! Sering Bermimpi Bertemu Orang yang Kita Suka? Inilah Arti dari Mimpi Tersebut Menurut Primbon Jawa

Dengan redaksi bacaan seprti di atas, maka maknanya menunjukkan waktu dilaksanaknnya niat menjadi selama satu tahun. Padahal, niat hanya membutuhkan waktu sebentar.

Namun, meski bacaan niat puasa Ramadhannya salah, hukum puasanya tetap sah.

Walaupun terjadi kesalahan harokat, selama yang dikehendaki adalah niat puasa Ramadhan tahun ini maka puasa yang dijalankan tetap sah.

Karena, hakikatnya niat itu ada di dalam kehendak hati.***

Editor: Ahmad Khakim

Tags

Terkini

Terpopuler