Khutbah Jumat NU: 'Meneladani Sikap Nabi Terhadap Wabah'. Khutbah Bertemakan Virus Covid-19

25 November 2021, 17:11 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat /Pixabay/

Portal Kudus - Wabah pandemi Covid 19 belum usai, terbaru Pemerintah menerapkan PPKM Level 3 pada Desember 2021 nanti.

Sebagai Muslim yang baik kita harus taat pada peraturan Pemerintah.

Berikut Khutbah Jumat: Meneladani Sikap Nabi terhadap wabah

Baca Juga: Khutbah Jumat NU Memperingati Hari Guru Nasional: Pentingnya Menjaga Amanah Ilmu

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ (التوبة: ٥١)

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang penuh berkah ini, khatib mengingatkan diri sendiri dan hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt; menjalankan seluruh perintah dan menghindari seluruh larangan-Nya; juga senantiasa berusaha menghadirkan Allah dalam tiap kesadaran dan gerak-gerik kita.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Tema: Syukur dalam Nikmat, Sabar dalam Musibah

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Banyak jalan bagaimana musibah itu hadir di tengah-tengah manusia, termasuk wabah virus Corona sebagaimana yang kita alami sekarang ini.

Sebagian peneliti menilai, SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 muncul akibat tindakan semena-mena manusia terhadap satwa liar (kelelawar).

Satwa liar memang dikenal menjadi sumber penyakit menular baru.

Namun demikian, bagaimanapun saat peristiwa ini telah terjadi, kita mesti meyakininya sebagai bagian dari ketentuan Allah atas kehidupan ini.

Baca Juga: Doa Ziarah Kubur Orang Tua Lengkap Arab, Latin dan Arti dalam Bahasa Indonesia

Selebihnya, kita perlu introspeksi (muhasabah) atas berbagai perilaku salah kita. Al-Qur'an surat at-Taubah ayat 51 mengingatkan:

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ (التوبة:٥١)

Artinya, "Katakanlah (Muhammad), 'Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Wabah bukanlah peristiwa yang sama sekali baru. Wabah memiliki sejarah panjang dengan tingkat bahaya yang beragam.

Peristiwa wabah penyakit juga terjadi pada zaman Nabi Muhammad dan para sahabat.

Artinya, jika kita kini merasakan penderitaan akibat pandemi, sadarlah bahwa pengalaman serupa juga pernah dialami orang-orang paling saleh pada zamannya.

Baca Juga: Doa Ziarah Kubur Singkat dan Pendek Pengingat Kehidupan Akhirat yang Kekal

Wabah tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) pernah menyerang masyarakat Arab ketika itu dan menelan korban jiwa.

Lalu, apa yang dilakukan orang-orang mulia itu ketika wabah menimpa?

Sikap paling jelas dari Rasulullah saat menghadapi wabah adalah imbauan beliau kepada para sahabatnya untuk menghindari daerah-daerah yang masuk zona penyakit.

Hal ini terekam salah satunya dalam hadits sahih riwayat Imam al-Bukhari berikut ini:

Baca Juga: Niat dan Doa Berbuka Puasa Senin Kamis Arab, Latin dan Artinya dalam Bahasa Indonesia

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهَا أَخْبَرَتْنَا أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺعَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللّٰهِﷺ أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللّٰهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ فَجَعَلَهُ اللّٰهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنَ فَيَمْكُثُ فِيْ بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ

Artinya, “Dari Sayyidah Aisyah ra, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha‘un, lalu Rasulullah saw memberitahukannya, ‘Zaman dulu tha’un adalah azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman.

Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,’” (HR al-Bukhari).

Baca Juga: Bacaan Doa Buka Puasa Senin Kamis Beserta Keutamaan Puasa Sunnah ini

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Hadits ini setidaknya menjelaskan tentang dua hal penting.

Pertama, tentang fakta wabah penyakit yang bisa berfungsi sebagai azab dan bisa sebagai rahmat. Untuk konteks saat ini, dua hal ini bisa dibaca sebagai buah dari sikap manusia terhadap wabah.

Wabah berstatus sebagai azab ketika disikapi dengan kekufuran, kezaliman, kesombongan, dan laku maksiat lainnya.

Sebaliknya, wabah menjelma menjadi rahmat saat direspons dengan bijak dan penuh kesabaran yang menjadi ciri-ciri sikap kaum beriman.

Wabah bisa menimpa siapa saja, baik mukmin maupun bukan; orang-orang saleh maupun para pendosa.

Namun, masing-masing dari mereka bisa berbeda dalam menyikapi wabah dan saat itulah mereka secara tidak langsung sedang ikut menentukan, apakah wabah ini menjadi rahmat (kasih sayang) atau azab (siksa).

Sebagaimana ujian sekolah, ia diciptakan agar siswa semakin giat belajar dan bersiap menyongsong kenaikan kelas.

Begitu juga dengan musibah, ia diciptakan untuk menguji hamba untuk "naik kelas" sebagai mukmin sejati.

Kedua, tentang sikap yang dianjurkan Rasulullah dalam merespons wabah.

Dalam hadits yang disebut tadi, Rasulullah menyebut dua sikap positif, yakni (1) mengisolasi diri sementara dan (2) sabar dalam kesadaran penuh bahwa Allah penentu segala sesuatu.

Jika dua sikap ini diterapkan maka ganjaran yang diperoleh setara dengan ganjaran orang mati syahid.

Jika dicermati, sikap pertama yang disarankan Rasulullah dalam hadits itu tak lain adalah dorongan untuk senantiasa berikhtiar.

Beliau secara terang-terangan menyuruh para sahabat untuk menahan diri di daerah setempat, yang berarti pula melarang mereka memasuki zona penularan penyakit.

Anjuran karantina diri saat wabah juga tercantum dalam hadits lain:

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ ، فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا ، فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ وقَالَ أَبُو النَّضْرِ : لَا يُخْرِجُكُمْ إِلَّا فِرَارٌ مِنْهُ

Artinya: "Jika kalian mendengar ada wabah tha’un di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut.

Namun, bila wabah tha'un itu ada di negeri kalian, janganlah keluar dari negeri kalian karena menghindar dari penyakit itu” (HR Muslim).

Yang menarik, aspek ikhtiar lahiriah ini disebut pertama kali oleh Nabi, baru kemudian menekankan bahwa ikhtiar itu mesti dibersamai dengan sikap sabar dan berserah diri kepada ketentuan Allah.

Tentu tidak semua wabah membutuhkan karantina diri, sebagaimana tha'un dan Covid-19. Tapi poin pokok dari hadits Nabi itu adalah adanya upaya aktif manusia untuk menanggulangi penyakit, tidak semata pasif menunggu keajaiban datang sendiri meskipun dibungkus dengan pengakuan tawakal atau semacamnya.

Ikhtiar untuk mencegah segala hal yang mudarat adalah bagian dari pelaksanaan syariat yang wajib dilakukan seorang hamba. Manusia dibekali naluri mempertahankan diri dan akal untuk kelangsungan hidupnya.

Melakukan mitigasi bencana, mengarantina penularan virus, atau hidup higienis adalah bagian dari cara mensyukuri anugerah tersebut.

Dan yang mesti dicatat pula, sebagaimana pesan Nabi, berbagai ikhtiar tersebut mesti beriringan dengan kesabaran dan keyakinan bahwa Allahlah yang menentukan siapa yang bakal terkena musibah.

Semoga Allah menancapkan keimanan pada diri kita semua sekuat-kuatnya, sembari menjauhkan kita dari sikap sembrono, angkuh, dan meremehkan ujian-ujian yang datang dari-Nya.

Baca Juga: Doa Setelah Membaca Surat Al Mulk Latin, Arab, Arti, Bacaan Surat Al Mulk Ayat 1 Sampai 12 Beserta Keutamaanya

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُـمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ

Baca Juga: Doa Pengantin Laki-laki Kepada Pengantin Wanita Saat Pernikahan Islam, Lengkap Lafal Arab, Latin dan Artinya

Demikian Khutbah Jumat mengenai menghadapi wabah Pandemi. Semoga bermanfaat.***

Editor: Sugiharto

Tags

Terkini

Terpopuler