Orang Jawa Wajib Tahu! Aji Saka, Nenek Moyang Orang Jawa!

- 11 Februari 2022, 08:17 WIB
Ilustrasi orang Jawa Barat dan orang Jawa yang sedang berdagang dan hidup berdampingan tangkapan layar YouTube.com/Dna MotobikE
Ilustrasi orang Jawa Barat dan orang Jawa yang sedang berdagang dan hidup berdampingan tangkapan layar YouTube.com/Dna MotobikE /
Portal Kudus - Dalam tradisi dan naskah-naskah kuno banyak tertulis bahwa Aji Saka merupakan nenek moyang orang Jawa. Salah satu versi cerita menceritakan bahwa ada seorang utusan bernama Aji Saka dari sebuah kerajaan Astina (sekarang disebut dengan Gujarat).
 
Pada tahun 78 M, Aji Saka mendapatkan perintah untuk mengunjungi dan menylidiki sebuah pulai bernama pulau Jawa. Saat itu, Aji Saka mendarat di pulau Jawa bagian timur yang pada saat itu daerah tersebut bernama Nusa Kendang.
 
Saat kedatangan Aji Saka ke Nusa Kendang, daerah tersebut sudah berpenghuni. Pada masa itu seluruh tanah Jawa dipimpin oleh seorang raja yang bernama Dewata Cengkar. Karena suatu hal, kemudian Raja bernama Dewata Cengkar pun meninggal di tangan Aji Saka. Sepeninggal Dewata Cengkar, kekuasaan di tanah Jawa menjadi milik Aji Saka.
 
 
Dewata Cengkar sebenarnya memiliki anak yang bernama Daniswara. Anak dari Dewata Cengkar tidak terima dengan Aji Saka yang dianggap membunuh bapaknya. Oleh sebab itu, Daniswara memiliki dendam terhadap Aji Saka. Hingga akhirnya kerajaan pun direbut kembali ke tangan Daniswara. Aji Saka pun kabur dan meloloskan diri ke kerajaan Astina.
 
Pada tahun 125 M, Aji Saka dan rombongan orang-orang Buddha berangkat ke pulau Jawa. Pada saat ini Aji Saka sudah memiliki ilmu pengetahun mengenai perpolitikan. Aji Saka sangat ingin kembali menguasai pulau Jawa serta menyebarkan agama Buddha hingga ke seluruh pulau Jawa.
 
Aji Saka pun berhasil kembali mengusain pulau Jawa setelah Daniswara meninggal di tangannya. Aji Saka pun dinobatkan secara resmi sebagai raja tanah Jawa. Dalam kepemimpinan Aji Saka, pulau Jawa berkembang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada saat inilah lahirnya bermacam-macam kisah seperti legenda, babad, dan serat.
 
 
Puncak pencapaian tanah Jawa ditandai dengan diciptakannya aksara Jawa yang mana membentuk empat jenis ilmu pengetahuan serta sains yang tergabung ke dalam paleografi (ilmu yang mempelajari naskah kuno). Empat jenis ilmu pengetahuan tersebut diantaranya adalah :
 
1. Filsafat mengenai etika dan estetika.
2. Ilmu pengetahuan logika dan pengetahuan grafis yang berupa epigram.
3. Monumen, prasasti, dan ukiran batu sebagai penanda sejarah.
4. Grafologi, yakni ilmu tentang aksara.
 
Aksara Jawa dalam asal usulnya diciptakan dalam bentuk seloka atau sajak. Dalam tiap sajak mengandung ajaran. Seloka adalah sajak yang memiliki ciri-ciri ringkas namun bermakna luas, mendalam serta penuh dengan ajaran hidup yang bernilai luhur.
 
 
Setelah aksara Jawa diciptakan, muncullah ilmu-ilmu pengetahuan asli Jawa Purba yang dituliskan menjadi serat dan kemudian dikumpulkan menjadi kitab. Kitab-kitab pun dikumpulkan hingga menjadi pustaka. Karya sasta tersebut pun diwariskan dari generasi ke generasi untuk dibaca dan dipelajari.
 
Hingga akhirnya pada abad 19 M atau pada zaman Jawa baru, karya sastra tersebut mulai disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, Inggris, dan bahasa Indonesia.
 
 
 
 
 
 
 

Editor: Candra Kartiko Sari

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x